![]() |
Polisi Israel sedang berupaya menghalau massa dalam kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem (Arabnews) |
Yerusalem - Kerusuhan antara umat muslim Palestina dan polisi Israel pecah di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem pada Jumat (7/5/2021) malam.
Dikutip dari BBC, polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat setrum untuk menghentikan aksi jemaah masjid, yang melempari mereka dengan batu, kursi, dan botol.
Akibatnya, sebanyak 163 warga Palestina dan enam petugas polisi Israel mengalami luka-luka.
Sebagian besar korban dilarikan ke rumah sakit Al-Makassed di Yerusalem Timur untuk mendapatkan perawatan.
Organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah juga membuka posko darurat untuk memberikan pertolongan medis.
Menurut keterangan resmi Pasukan Perbatasan Israel, kejadian bermula ketika beberapa jemaah masjid, yang memegang senjata, mulai menyerang petugas polisi yang sedang berjaga.
Untuk melindungi diri, polisi pun melumpuhkan jemaah bersenjata tersebut.
Namun, hal ini malah memicu kemarahan jemaah lainnya. Akibatnya, kerusuhan menjadi tak terhindarkan.
Pernyataan ini dibantah oleh kubu jemaah. Mereka menyebut kerusuhan tersebut terjadi karena Israel berencana untuk menggusur pemukiman Sheikh Jarrah, yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa dan mayoritas dihuni warga Palestina.
"Jika saya tidak ikut mendukung orang-orang disini, mereka akan menggusur rumah saya, dan rumah setiap warga Palestina yang tinggal disini," kata Bashar Mahmoud, salah satu jemaah yang tinggal di wilayah Issawiya.
Selama kerusuhan, para jemaah meneriakkan kata "Allahu Akbar" ketika berhadapan dengan polisi Israel.
Melihat situasi semakin mencekam, pihak pengurus Masjid Al-Aqsa menggunakan pengeras suara untuk menenangkan massa.
"Polisi harus segera berhenti menembakkan granat setrum ke arah jamaah, dan para pemuda harus tenang dan diam!" seru pengurus masjid.
Menanggapi kerusuhan Al-Aqsa, sejumlah negara menyerukan agar kedua belah pihak saling menahan diri.
Mereka juga mengimbau agar Israel dan Palestina kembali duduk bersama membicarakan tentang rencana penggusuran, yang diduga menjadi pemicu kerusuhan.
"Kami menyerukan kepada Israel agar menghentikan semua penggusuran paksa, yang dapat menimbulkan risiko pemindahan paksa," kata Rupert Colville, Juru Bicara Komisi Tinggi HAM PBB.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) juga ikut menyatakan keprihatinan terhadap peristiwa ini.
"Saat kita memasuki periode sensitif di hari-hari mendatang, sangat penting bagi semua pihak untuk memastikan ketenangan dan bertindak secara bertanggung jawab untuk meredakan ketegangan dan menghindari konfrontasi dengan kekerasan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter.
Uni Eropa, Yordania, dan negara-negara teluk telah mengingatkan potensi terjadinya penggusuran di hari mendatang.
Ayman Safadi, Menteri Luar Negeri Yordania mengatakan pihaknya memiliki dokumen resmi yang menunjukkan bahwa warga Palestina merupakan pemilik sah dari pemukiman Sheikh Jarrah di Yerusalem.
"Maka, seluruh langkah provokatif Israel di wilayah pendudukan Yerusalem melanggar hak-hak warga Palestina," tulis Safadi di Twitter.
Konflik Abadi
![]() |
Para jemaah melempari batu, kursi dan botol untuk melawan petugas polisi Israel (BBC) |
Sejak berdirinya Israel pada tahun 1947, Yerusalem telah menjadi pusat konflik antara Palestina dan Israel.
Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama Samawi besar, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Israel merupakan negara yang mayoritas warganya beragama Yahudi, sedangkan Islam merupakan agama terbesar di Palestina
Oleh karena itu, kedua negara bertarung untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibukota mereka.
Untuk meredakan konflik, PBB sempat berencana untuk menjadikan Yerusalem sebagai kota internasional yang dikontrol mereka.
Namun, rencana tersebut gagal karena adanya penolakan dari kedua negara.
Israel telah merebut wilayah Yerusalem Timur dari Palestina tahun 1967. Namun, PBB dan dunia internasional tidak mengakuinya.
Social Plugin