Pembunuhan Raja Berlagak Tuhan: Bagian 1



oleh Radian Wedagama

Cerita fiksi ini diterbitkan atas seizin pengarang sekaligus pemilik hak cipta

Hari itu merupakan hari yang menghebohkan bagi seluruh penduduk kerajaan. Raja Alikdewa, sang penguasa negeri, tewas bersimbah darah di kamar tidurnya. Di tubuhnya terdapat luka tusukan keris dan memar di bagian kepala.

Jelas sekali ini adalah kasus pembunuhan. Siapa pelakunya dan apa motifnya masih belum diketahui.

Sebagai salah satu orang kepercayaan istana, aku menghadiri upacara penghormatan terakhir kepada sang raja keesokan harinya. 

Seluruh rakyat kerajaan berbondong-bondong datang ke istana untuk mengucapkan salam perpisahan. Satu persatu dari mereka mengungkapkan rasa belasungkawa dan turut berduka cita. Akan tetapi, mata mereka justru memancarkan aura sukacita dan kebahagiaan. 

Sepanjang sejarah negeri kami, Raja Alikdewa adalah pemimpin yang paling buruk. Ia gemar bertindak seenak jidatnya. Setiap hari kerjanya hanya berjudi, mabuk, dan bermain wanita alih-alih mengurus rakyatnya. 

Selain itu, ia juga kerap mengenakan pajak tinggi kepada petani dan pedagang. Kebijakan tersebut tentu bertujuan untuk membiayai hidup mewahnya. Alhasil, banyak rakyat jatuh miskin dan mati kelaparan akibat ulahnya. 

Namun, semua itu hanya permulaan saja. 

Pada suatu hari, Raja Alikdewa mengumpulkan semua rakyat di lapangan kerajaan. Di hadapan mereka, ia menyatakan bahwa dirinya telah diangkat oleh para dewata sebagai "dewa yang menguasai bumi".

Oleh karena itu, setiap orang yang menentangnya akan dicap sebagai pendosa atau penghuni neraka. Ia juga memerintahkan para pendeta untuk membangun kuil pemujaan untuk dirinya, supaya rakyat mengenal lebih dekat "dewa" mereka. 

Saat mengatakannya, sang raja terlihat sempoyongan dan setengah teler. Pasti ia menghisap opium lagi. Itulah yang kupikirkan saat itu. 

Para tabib istana memang licik. Mereka menipu raja bodoh itu dengan "ramuan kesaktian para dewa", yang sebenarnya adalah opium. Alhasil, raja pun kerap berhalusinasi. Seolah-olah dirinya bertemu dengan para dewa dan mendapatkan kekuatan ilahi. Membuatnya merasa sakti mandraguna tak terkalahkan. 

Halusinasi yang dialaminya terus berlanjut, hingga ia mengeluarkan klaim yang jauh lebih gila. 

Dalam suatu kesempatan, Raja Alikdewa mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang kita kenal saat ini "telah mengundurkan diri dari jabatannya". 

Sebagai gantinya, Tuhan pun menunjuk dirinya sebagai penguasa alam semesta yang baru. Selanjutnya tentu bisa ditebak. Tindakannya semakin kejam dan sewenang-wenang. Ia merasa telah menjadi Tuhan, dan tidak ada yang bisa menghentikan langkahnya. 

Sekarang, raja itu telah tiada. Bukan karena mantra-mantra sakti, ia terbunuh oleh tusukan keris. Senjata yang sangat biasa. 

"Kau tahu, pembunuhan ini benar-benar sangat mengejutkan," kata Pangeran Kertahita kala memanggilku untuk menghadap. 

Setelah kematian Raja Alikdewa, yang tak lain adalah kakaknya, Pangeran Kertahita akan dinobatkan sebagai raja yang baru. Hal ini dikarenakan Raja Alikdewa tidak memiliki keturunan. Otomatis, takhta pun jatuh ke tangan adiknya. 

"Selama kakakku memerintah, para bangsawan telah terpecah menjadi dua kubu. Yakni kubu pendukung raja, serta kubu pendukungku" 

"Mereka yang mendukung kakakku memiliki sifat yang sama. Suka mabuk, main wanita, dan berjudi. Benar-benar golongan tak berguna" Pangeran Kertahita menggeleng-geleng sambil menghela nafas. Ekspresinya tampak amat kecewa melihat negerinya kacau tak karuan. 

"Aku dengar mendiang raja membagi-bagikan tanah negara kepada kroni-kroninya. Apakah itu benar?" tanyaku. 

Ia pun mengangguk 

"Tapi jangan harap mereka akan terus memilikinya," tegasnya. 

"Saat aku berkuasa nanti, semua itu akan disita" 

Pangeran Kertahita bangkit dari tempat duduknya dan menghampiriku. Dengan kedua tangannya ia memegang pundakku, dan berkata "Panji, kita ini masih muda. Sama-sama berusia tiga puluhan awal. Namun, kau telah menjadi kepala mata-mata terbaik sepanjang sejarah kerajaan" 

"Atas nama kerajaan dan rakyat, aku akan memberikan satu tugas penting" 

"Apakah itu?" tanyaku 

Pangeran Kertahita memandangku dengan wajah serius. 

"Carilah si pelaku pembunuhan dan bawa ia kemari," ucapnya lugas. 

"Meskipun Alikdewa merupakan pemimpin yang sangat buruk, pembunuhan terhadap raja tetaplah kejahatan, apapun alasannya" 

"Bila sudah ditemukan, si pelaku akan langsung diadili. Paham?" 

"Siap!" jawabku memberi hormat. 

"Satu lagi," katanya. "Usahakan kau menemukannya sebelum kroni-kroni kakakku. Kau tahu kan alasannya?" 

Aku pun mengangguk. 

"Jika menemukan pelakunya, mereka pasti akan langsung membunuhnya," tegasku 

"Tepat sekali," ucapnya.

"Sudah cukup para bangsawan bertindak sesuka hati. Sekarang saatnya hukum ditegakkan"

"Kalau begitu, mohon izin pamit undur diri," kataku seraya bangkit dari tempat duduk. 

"Jangan khawatir, paduka. Aku pasti akan menjalankan misi ini dengan baik!" 

(bersambung)

Banner iklan disini