Suasana Demonstrasi Anti Kudeta di Myanmar (Foto: Anadolu)
Myanmar - Sekitar seratus orang di Myanmar tewas dan lainnya luka-luka, setelah pihak militer menembaki dan menindak para demonstran penentang kudeta hingga ke pemukiman penduduk pada Sabtu (27/03/2021).
Peristiwa ini menjadi hari terkelam bagi negeri itu sejak junta militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil pada awal Februari lalu.
Dikutip dari BBC, dunia internasional pun mengecam tindakan militer Myanmar yang tidak manusiawi terhadap warga sipil. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anthony Blinken, menyebut bahwa pembunuhan itu menjadi bukti bahwa pemerintahan militer Myanmar "mengorbankan nyawa masyarakat demi kepentingan segelintir orang"
Tindakan represif militer Myanmar terjadi ketika para pengunjuk rasa, yang juga terdiri dari remaja dan anak-anak, turun ke jalan menentang perayaan Hari Angkatan Bersenjata. Demonstrasi tersebut digelar di berbagai kota di seluruh penjuru Myanmar.
Menurut catatan Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), diperkirakan 91 orang tewas Sabtu kemarin. Namun, jumlah korban bisa saja jauh lebih banyak.
"Mereka menembaki kami seperti burung atau ayam, bahkan ketika kami berada di rumah kami," kata Thu Ya Zaw, seorang warga kota Myingyan.
AAPP juga menyebutkan bahwa salah satu korban adalah seorang anak perempuan berusia 13 tahun, yang ditembak mati saat berada di dalam rumahnya.
![]() |
Sebuah keluarga di Yangon berduka atas kematian keluarga mereka (Foto: Reuters) |
"Ini bukanlah tindakan keras, namun pembantaian," kata Kyaw Win, Direktur Jaringan Hak Asasi Manusia Myanmar di Inggris.
Meskipun mendapatkan ancaman pembunuhan dari militer, para demonstran bertekad untuk tidak menyerah.
"Kami akan terus melancarkan protes," ujar Thu Ya Zaw
Social Plugin