Sebelum Gugur, Komandan KRI Nanggala Pernah Kritik Alutsista TNI

 

Selamat jalan KRI Nanggala-402 (ayosemarang.co)

Denpasar - Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 membuat para keluarga prajurit dan masyarakat Indonesia berduka.

Kecelakaan kapal selam berusia 42 tahun tersebut menyebabkan seluruh kru yang berjumlah 53 orang gugur.

Namun, peristiwa ini rupanya menyisakan pesan yang cukup mendalam

Dikutip dari Kompas.com, Komandan KRI Nanggala-402 yang juga ikut gugur, Letkol Laut (P) Heri Oktavian, pernah menyampaikan unek-uneknya kepada wartawan Kompas.

Dalam wawancara tahun 2020 tersebut, ia mengkritik rencana pemerintah Indonesia yang akan mendatangkan kapal selam bekas.

Padahal, mereka justru membutuhkan kapal selam yang handal, dan memiliki kemampuan tempur yang baik.

Tak hanya itu, Letkol Heri juga menyuarakan rasa tidak puas terhadap kapal selam buatan PT PAL (Persero), serta penundaan overhaul KRI Nanggala-402 pada 2020.

Bahkan, ia juga menyebut ada seorang perwira yang dipersulit karirnya karena melaporkan buruknya kapal selam PT PAL.

Prihatin dengan situasi yang ada, Heri berharap para pemangku kebijakan agar benar-benar memperhatikan TNI dan prajuritnya.

"Sama media, gue berharap, beritakan yang sebenarnya," kata Heri ketika itu.

Letkol Laut (P) Heri Oktavian (Kumparan)

Membuat Terkesan Profesor Singapura

Kepergian sosok Letkol Heri rupanya turut menyisakan duka mendalam bagi seorang profesor Singapura.

Komandan KRI Nanggala-402 itu diketahui pernah menjadi mahasiswa program magister di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura pada tahun 2014-2015.

Anit Mukherjee, salah satu profesor RSIS, mengenang pertemuannya dengan Heri.

Ia mengatakan pertama kali bertemu Heri bukan di kelas, melainkan di lapangan sepak bola.

Ketika itu, RSIS sedang menggelar pertandingan antara staf dan mahasiswa.

Menurutnya, Heri adalah pemimpin yang baik dan prajurit tangguh.

Ia juga mampu menjadi jantung bagi timnya saat pertandingan tersebut.

"Dia adalah seorang mahasiswa pekerja keras, berdedikasi, pandai berbicara, serta mampu melibatkan diri," kata Mukherjee, dikutip dari Strait Times.

"Ia juga rendah hati dan bangga atas pengabdiannya kepada negara. Setelah lulus, dia mengirim surat perpisahan, dan berharap suatu saat nanti dapat berjumpa sebagai seorang profesional," lanjutnya.