Penembakan di Pesta Ulang Tahun, Pelaku Ternyata Pacar Korban

 

Keluarga korban tampak berpelukan setelah terjadinya penembakan di Colorado, AS (thoroldtoday)

Colorado - Seorang pria mendatangi sebuah pesta ulang tahun, lalu menembaki semua orang yang hadir pada Minggu (9/5/2021)

Dikutip dari Huffpost, insiden yang terjadi di Colorado, Amerika Serikat (AS) menyebabkan 7 orang tewas, termasuk sang pelaku yang bunuh diri.

Saat tiba di lokasi kejadian, polisi menemukan enam korban yang sudah tak bernyawa. Sedangkan orang ketujuh mengalami luka parah, dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Dihadiri oleh keluarga, teman, dan anak-anak, pesta tersebut diadakan untuk merayakan ulang tahun Nubia Marquez (28) dan saudaranya, Melvin Perez, yang berumur 31 tahun pekan ini. 

Nubia, yang hadir bersama suaminya, dikabarkan selamat karena telah meninggalkan tempat pesta terlebih dahulu.

Sementara Melvin dan ibu Nubia, Joana Cruz meregang nyawa bersama lima orang lainnya.

Menurut keterangan resmi kepolisian, tersangka merupakan kekasih Sandra Ibarra, yang ikut tewas dalam insiden ini.

Suami Nubia, Freddy Marquez mengenal kekasih Sandra Ibarra sebagai sosok "pendiam" yang selalu membawa senjata api untuk keamanan.

Ia mengaku baru bertemu dengannya sekali, dan menurutnya "tidak ada hal aneh yang terlihat dari dirinya"

Freddy juga mengaku tidak menyangka penembakan ini akan terjadi.

"Ketika kami meninggalkan rumah mertua (Joanna Cruz, red), semua orang tampak tenang," kata Freddy.

"Semua terlihat baik-baik saja"

Seorang wanita, yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian, mengaku terbangun karena mendengar suara letusan senjata api, yang diikuti oleh tangisan seseorang.

Walikota Colorado Springs, John Suthers menyebut penembakan ini sebagai "aksi kekerasan yang tidak masuk akal". 

"Hari ini kita berduka atas hilangnya nyawa para korban, serta mendoakan mereka yang terluka dan kehilangan anggota keluarga," kata Suthers.

Ia menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang selama penyelidikan berlangsung.

Kepala Polisi Colorado Springs, Vince Niski mengatakan bahwa para petugas dan penyidik yang menangani kasus ini "juga merasa terguncang".

"Ini adalah sesuatu yang tidak pernah kita harapkan di lingkungan anda, di tempat yang anda sebut sebagai rumah," ucap Niski.

Hingga berita ini diturunkan, polisi masih berupaya mengungkap motif pelaku, yang saat ini masih belum diketahui.

Sering Terjadi

Penembakan pada hari Minggu kemarin telah menambah panjang daftar kasus penembakan di Colorado.

Colorado merupakan negara bagian AS yang punya sejarah panjang soal penembakan dan pembunuhan massal.

Pada 20 September 1911, enam orang ditemukan tak bernyawa di rumahnya setelah mengalami luka akibat sabetan kapak. Hingga kini, kasus tersebut masih misterius, sebab pelakunya tidak pernah ditemukan.

Pada tahun 2015, seorang pria menembak mati tiga orang secara acak pada hari Halloween. Sebulan kemudian, tiga orang termasuk petugas polisi tewas dalam penembakan di sebuah klinik.

Penembakan terbesar terjadi pada tahun 1999, ketika dua remaja bersenjata menembaki SMA Columbine hingga menewaskan 12 siswa dan satu guru.

Insiden terakhir terjadi pada Maret 2021.

Sebuah supermarket bernama King Sooper's diserang oleh seorang pemuda bernama Ahmad Al Aliwi Al-Issa. 

Pria berusia 21 tahun tersebut menembaki para pengunjung supermarket, yang sedang berbelanja barang kebutuhan.

Akibatnya, sepuluh orang meregang nyawa dengan sia-sia.

Petugas medis tampak membantu para korban setelah penembakan sebuah supermarket di Colorado, AS


Peristiwa-peristiwa tersebut membuat Colorado menempati peringkat ke-4 sebagai negara bagian dengan kasus penembakan terbanyak di AS selama 40 tahun terakhir.

Maraknya kasus semacam ini turut memicu tuntutan agar pemerintah memperketat penggunaan dan pengawasan senjata api. 

Namun, hal ini mungkin akan mengalami banyak hambatan, khususnya dari Asosiasi Senjata Api Nasional (NRA)

NRA merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan para pengusaha senjata AS. 

Mereka mempunyai misi mendukung kepemilikan senjata api bagi masyarakat AS

Karena kedekatannya dengan politisi dan petinggi negara, mereka memiliki pengaruh kuat dalam pemerintahan.

Sehingga mampu menggagalkan pembahasan undang-undang yang mengontrol kepemilikan senjata api.

Bahkan, mereka tak segan-segan mengeluarkan jutaan dolar untuk anggota DPR AS demi hal itu.

Lemahnya kontrol pemerintah atas senjata api menjadi faktor utama maraknya kasus penembakan massal di Negeri Paman Sam.