Tak Hanya Masjid Al Aqsa, Israel Juga Gempur Gaza

 

Sebuah gambar menunjukkan ledakan akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza (AFP)

Gaza - Kerusuhan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem pada Jumat (7/5/2021) lalu telah memicu kemarahan rakyat Palestina. 

Baru-baru ini, kelompok milisi seperti Hamas menembakkan roket sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah Israel.

Serangan tersebut menyasar Yerusalem dan kota-kota di selatan Israel, serta melukai enam orang.

Aksi yang dilancarkan Hamas membuat negara Yahudi tersebut berang.

Dikutip dari Reuters, Israel mengerahkan jet-jet tempur untuk membombardir wilayah Gaza, yang disinyalir sebagai tempat roket-roket tersebut berasal, Senin (11/5/2021).

Akibatnya, sebanyak 24 orang dikabarkan tewas dalam serangan itu, termasuk sembilan anak-anak.

Sebuah laporan juga menyebut salah satu komandan brigade Hamas, Mohammed Abdullah Fayyad ikut meregang nyawa.

Ledakan tampak menghancurkan gedung dan tempat-tempat di Gaza, yang diduga menjadi basis dari Hamas.

"Kami telah menghancurkan 130 titik yang berkaitan dengan aktivitas Hamas," cetus Juru Bicara Militer Israel, Jonathan Conricus.

"Berdasarkan laporan yang diperoleh, kami diperkirakan telah menewaskan 15 anggota Hamas dan kelompok jihad lainnya," lanjutnya.

PM Israel Benjamin Netanyahu menyebut Hamas telah "kelewatan batas" ketika meluncurkan roket ke arah wilayah Israel.

Ia juga menegaskan akan mengerahkan segenap kekuatan untuk membalas setiap serangan yang mengancam kedaulatan negara.

Mengenai kerusuhan Yerusalem, Netanyahu mengapresiasi tindakan polisi Israel yang dianggap "sudah tepat".

Ia menyebut langkah aparat keamanan semata-mata demi terciptanya keamanan dan ketertiban. Namun, media justru membuatnya seolah-olah sebagai aksi keji terhadap rakyat Palestina.

"Hal ini diartikan secara keliru oleh media massa global. Kebenaran pasti akan muncul, dan kita harus memperjuangkannya," tegasnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken mengatakan bahwa Hamas harus segera menghentikan serangan roket yang mereka lancarkan.

Blinken juga menyerukan semua pihak yang bertikai harus saling menahan diri.

Meski mendapat ancaman, hal ini tidak menyurutkan langkah Hamas.

Dalam pernyataan resminya Selasa kemarin, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menegaskan pihaknya tidak akan berhenti melakukan serangan roket hingga Israel "menghentikan semua bentuk aksi terorisme dan agresi di Yerusalem dan Al-Aqsa".

Semakin Memanas

Sejumlah demonstran melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan Israel di Yerusalem (AP)

Memasuki hari ke-4, kerusuhan yang terjadi di Yerusalem semakin memanas.

Sejumlah pengunjuk rasa tidak henti-hentinya melakukan perlawanan kepada polisi dan pasukan keamanan Israel.

Menurut organisasi Bulan Sabit Merah Palestina, sebanyak 300 orang Palestina dan 21 petugas polisi mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit.

Untuk memadamkan pertikaian, polisi telah mengosongkan area Masjid Al-Aqsa dan melarang siapapun untuk masuk.

Kerusuhan di Yerusalem bermula ketika Israel memutuskan untuk menggusur pemukiman Sheikh Jarrah.

Terletak di dekat Masjid Al-Aqsa, pemukiman tersebut mayoritas dihuni oleh warga Arab Palestina.

Rencana tersebut sontak menimbulkan perlawanan dari rakyat Palestina.

Mereka mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menggagalkan penggusuran, yang dilihat sebagai upaya untuk memaksa warga Palestina angkat kaki dari Yerusalem Timur.

Program penggusuran Sheikh Jarrah juga menuai kecaman dari dunia internasional.

Meski demikian, Netanyahu mengaku tidak akan mundur.

"Kami akan melawan segala tekanan untuk menghentikan rencana pembangunan di Yerusalem," tegas Netanyahu.

"Yerusalem adalah ibu kota Israel, dan setiap negara berhak membangun ibu kotanya. Itulah yang telah kami lakukan dan akan terus kami lakukan," tambahnya.