Korupsi Dana Gereja Rp 5.9 Triliun, Petinggi Vatikan Diseret ke Pengadilan

 

Kardinal Giovanni Angelo Becciu, seorang petinggi gereja Vatikan dan sekutu terdekat Paus Fransiskus | Corriere.it

Setelah kasus pedofilia dan pelecehan seksual, sebuah skandal kembali mengguncang Vatikan dan Gereja Katolik Roma.

Kardinal Giovanni Angelo Becciu, seorang petinggi gereja dan salah satu sekutu terdekat Paus Fransiskus, dituding telah menggelapkan dana gereja sebesar 412 juta dolar AS, atau sekitar Rp 5.9 Triliun.

Dikutip dari BBC, dana tersebut dipakai untuk membeli sebuah properti di London, Inggris. Namun, pembelian tersebut berakhir dengan kegagalan, sehingga menimbulkan kerugian besar.

Meski telah membantah telah melakukan pelanggaran, Becciu langsung dipecat oleh Paus Fransiskus ketika laporan kesalahan keuangan muncul pada September kemarin.

Selain Becciu, sembilan orang lain  turut didakwa dalam kasus yang sama. Diantaranya mantan kepala unit keuangan Vatikan, pengacara Swiss Rene Bruelhart, serta dua bankir investasi Italia - Raffaele Mincione dan Gianluigi Torzi.

Berdasarkan hasil investigasi selama dua tahun, Sekretariat Negara Vatikan diketahui menanamkan investasi sebesar 240 juta dolar, ke dalam dana yang dioperasikan oleh Mincione. Setengah dari dana tersebut digunakan untuk membeli gudang bekas milik pusat perbelanjaan Harrods di London. 

Torzi, seorang broker yang berbasis di London, menjanjikan gudang tersebut akan disulap menjadi apartemen mewah. Namun, Torzi membantah tuduhan tersebut, dan menyebutnya sebagai kesalahpahaman.

Sedangkan uang sisanya digunakan untuk investasi lain.

Namun, Vatikan kemudian sadar bahwa investasi itu tidak menghasilkan keuntungan apapun. Sebaliknya, mereka justru mengalami kerugian besar.

Padahal, sebagian besar uang yang hilang berasal dari sumbangan umat katolik di seluruh dunia.

Becciu (73), yang menjabat sebagai penanggung jawab dana sumbangan Vatikan, juga dituduh menyalurkan uang gereja ke bisnis saudara laki-lakinya di Sardinia, Italia.

Karena situasi pandemi, para terdakwa akan menjalani sidang di Museum Vatikan, yang memiliki ruangan lebih besar dibandingkan pengadilan biasanya, untuk memudahkan hadirin menjaga jarak.

Bila terbukti bersalah, mereka akan menghadapi hukuman penjara, serta denda yang sangat besar.

Para pengamat mengatakan, sidang ini merupakan pengadilan kriminal terbesar terhadap petinggi Vatikan di jaman modern.

Penuh Skandal

Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada para jemaat di Vatikan, 9 Mei 2021 | AFP

Sejak menjabat pada tahun 2013, Paus Fransiskus telah berusaha keras memerangi berbagai skandal yang menggerogoti tubuh Vatikan dan gereja katolik.

Meski demikian, ia belum mampu mewujudkan hal tersebut. Selama periode 2014-2021, tercatat ada beberapa skandal yang membuat reputasi mereka semakin tercoreng.

Pada tahun 2018, Gereja Katolik Polandia diketahui menerima laporan pelecehan seksual terhadap 625 anak laki-laki dan perempuan tahun 1990-2018. Menurut AlJazeera, pelecehan tersebut dilakukan oleh 382 pendeta dan pemuka agama katolik lainnya.

Di tahun yang sama, Gereja Katolik Jerman juga menerbitkan laporan pelecehan anak dibawah umur yang dilakukan anggota mereka. Sejak tahun 1946, dikabarkan ada sekitar 3.667 orang menjadi korban keganasan 1.670 pemuka agama katolik, dilansir dari Deutsche Welle.

Meski telah terjadi selama bertahun-tahun, pihak gereja katolik justru menyembunyikan kasus tersebut, alih-alih melindungi para korban.

Hal ini sontak memicu kemarahan publik. Gereja katolik pun dituntut bersikap transparan mengenai skandal yang terjadi di tubuh organisasi mereka, serta proaktif dalam memberantasnya. 

Termasuk memberikan hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku, tentu saja.










Banner iklan disini