Miyazaki, Ghibli, dan Dilema AI

 

Hayao Miyazaki dan fitur gambar bergaya Ghibli di ChatGPT | Gamma-Rapho, Herzindagi.com

ChatGPT kembali membuat gebrakan baru yang menghebohkan dunia kecerdasan buatan (AI)

Aplikasi besutan OpenAI, perusahaan yang didirikan oleh Sam Altman itu merilis fitur terbaru yang memungkinkan para pengguna untuk membuat gambar bergaya Ghibli.

Hal ini sontak menghebohkan publik, khususnya para pecinta seni dan anime. Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk membuat gambar ala studio animasi legendaris Jepang tersebut. 

Caranya sangat sederhana. Pengguna tinggal memasukkan spesifikasi gambar yang mereka inginkan di kolom obrolan (chat), lalu ChatGPT akan membuatnya dalam waktu semenit, bahkan sepersekian detik saja. 

Alhasil, dunia maya pun kini dibanjiri oleh gambar-gambar bergaya Ghibli yang dibuat oleh AI. 


Kumpulan gambar ala Ghibli yang terinspirasi dari meme dan adegan film terkenal | Deep Dream Generator

Namun, tren ini memicu perdebatan sengit di media sosial, khususnya dari kalangan seniman dan animator. 

Mereka menyebut penggunaan AI dalam kesenian adalah tindakan "pembajakan". Terlebih, karya-karya Ghibli merupakan obyek yang dilindungi hak cipta. Sehingga tidak ada satupun orang yang boleh menirunya tanpa izin dari kreator. 

John Koch, salah satu pengguna X (Twitter), mengatakan bahwa Studio Ghibli menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan ciri khas seni mereka yang unik. 

Makanya, menjiplak style Ghibli dalam gambar AI "tidak dapat diterima" dan terkesan "merendahkan dedikasi mereka"

Sementara opini berbeda disuarakan oleh Prandium, pengguna X (Twitter) lainnya. Ia menganggap sah-sah saja jika mengubah foto menjadi gambar AI ala Ghibli, selama tidak dijual atau digunakan untuk keperluan komersil. 

Meski begitu, hingga saat ini belum ada tanggapan resmi dari Hayao Miyazaki, animator legendaris Jepang sekaligus pendiri Studio Ghibli.  

Reaksi dari Miyazaki memang sangat ditunggu-tunggu oleh publik. Pasalnya, pria berusia 84 tahun itu juga terkenal sebagai salah satu tokoh yang menentang teknologi AI. 

Menghina Kehidupan


Never-Ending Man: Hayao Miyazaki | NHK


Komentar Miyazaki terhadap AI pertama kali terdengar dalam Never-Ending Man: Hayao Miyazaki, sebuah dokumenter yang disutradarai oleh Kaku Arakawa. Dokumenter ini mengabadikan aktivitas kreatif Miyazaki selama tahun 2006 hingga 2016. 

Dalam salah satu episode, terdapat adegan yang menampilkan pertemuan Miyazaki dengan perwakilan dari Dwango Artificial Intelligence Laboratory. Pertemuan ini merupakan inisiatif Nobuo Kawakami, pemimpin Kadokawa sekaligus produser beberapa film karya Ghibli, seperti From Up on Poppy Hill (2011) dan The Wind Rises (2013). 

Di hadapan Miyazaki, mereka mendemonstrasikan animasi yang dibuat sepenuhnya oleh AI. Salah satu adegan di dalamnya adalah gambar zombie yang bergerak merangkak dengan cara tak biasa. Wajar saja, karena teknologi AI saat itu memang belum secanggih sekarang. 


Cuplikan presentasi animasi AI buatan Dwango kepada Miyazaki | Never-Ending Man Hayao Miyazaki

Para programmer itu berharap Miyazaki tertarik dan mengadopsi teknologi mereka ke dalam karya-karyanya. 

Namun reaksi animator legendaris itu rupanya tidak sesuai harapan. 

Miyazaki justru menganggap bahwa penggunaan AI dan mesin yang bisa melukis gambar seperti manusia adalah "penghinaan terhadap kehidupan". 

Orang-orang yang membuat hal semacam ini, lanjutnya, tidak pernah memahami ekspresi dan rasa sakit pada manusia secara utuh. 

Hal ini tentu berbeda sekali dengan pandangan Miyazaki yang menjunjung tinggi humanisme dan naturalisme. Itulah kenapa ia selalu menekankan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam pada setiap karyanya. 

Setelah pertemuan itu selesai, Miyazaki menilai umat manusia saat ini "makin kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri" dan bergerak ke arah "kiamat". 

Ghibli Bisa Menuntut? 

Hayao Miyazaki mengerjakan proyek animasinya di Studio Ghibli | New York Times

Seiring maraknya tren "Ghiblifikasi" lewat ChatGPT dan kemarahan di kalangan penggemar Miyazaki, muncul pertanyaan apakah Ghibli dapat mengajukan tuntutan pelanggaran hak cipta. 

Menurut Karla Ortiz, ilustrator profesional yang bekerja dengan Marvel hingga Universal Studios, Ghiblifikasi merupakan pelanggaran hak cipta karena menggunakan merk dagang serta gaya Ghibli tanpa izin sama sekali. 

“Itu menggunakan merek dagang Ghibli, nama mereka, karya mereka, reputasi mereka, untuk mempromosikan produk (OpenAI),” kata Ortiz, sebagaimana dilansir Kumparan.

 “Itu penghinaan. Itu eksploitasi," tegasnya. 

Dari sisi hukum, regulasi terhadap penggunaan AI yang menyerupai karya berhak cipta berbeda-beda di tiap negara. 

Berdasarkan undang-undang di Jepang, negara asal Ghibli, gambar-gambar yang dihasilkan secara otomatis oleh AI tidak dianggap melanggar hak cipta selama tidak digunakan untuk tujuan komersil. 

Selain itu, perlindungan hak cipta di Jepang berlaku untuk "ekspresi kreatif" dari suatu ide, dan bukan pada ide itu sendiri. Oleh karena itu, materi yang dihasilkan oleh AI yang menerapkan "gaya pencipta" dari suatu karya berhak cipta yang sudah ada tidak dianggap melanggar hak cipta jika gaya tersebut hanya mencerminkan sebuah ide.

Artinya, jika seseorang membuat gambar yang terinspirasi dari gaya seni Ghibli, maka ia terbebas dari tuntutan hukum. Apalagi jika karakter yang ditampilkan dalam gambar AI itu berbeda sama sekali dengan karakter buatan Ghibli dalam karya-karya mereka. 

Namun, peraturan ini sendiri masih kontroversial di Jepang karena dianggap menguntungkan developer dibandingkan seniman, sekaligus dituding jadi celah bagi OpenAI untuk menyediakan fitur Ghibli dalam ChatGPT tanpa melanggar hak cipta.