Sedih! Tiga Pemimpin Dunia Ini Meregang Nyawa Akibat Covid-19

 

Pasukan militer Tanzania mengangkat peti jenazah Presiden Tanzania John Magufuli ke peristirahatan terahkir | BBC

Sejak ditemukan pertama kali pada Desember 2019, Covid-19 telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia, termasuk para pemimpin negara.

Para pemimpin tersebut wafat setelah berjuang melawan virus Corona yang menggerogoti tubuh mereka. Kematian mereka tentu menimbulkan kesedihan mendalam di kalangan masyarakat. Apalagi, salah satunya sangat dicintai oleh publik.

Berikut ini merupakan pemimpin dunia yang harus kehilangan nyawa akibat Covid-19

John Magufuli

Prosesi pemakaman Presiden Tanzania John Magufuli | BBC

Presiden Tanzania, John Magufuli meninggal dunia pada Rabu (17/3/2021) di usia 61 tahun akibat Covid-19. Sebelum meninggal, Magufuli dikabarkan menghilang dari publik sejak tanggal 27 Februari 2021.

"Dengan sangat hati-hati dan penuh duka, saya memberi tahu masyarakat Tanzania bahwa Rabu, 17 Maret 2021 pukul 6 sore, kami kehilangan pemimpin pemberani kami, Presiden Republik Tanzania, John Pombe Magufuli," terang Wakil Presiden Tanzania, Samia Suluhu Hassan, dilansir dari CNN Indonesia.

Berdasarkan keterangan Hassan, Magufuli menjalani perawatan di Jakaya Kikwete Cardiac Institute pada 6 Maret lalu. Sempat diizinkan pulang, kondisi kesehatan Magufuli kembali memburuk, sehingga dilarikan kembali ke rumah sakit pada 14 Maret.

Terpilih tahun 2015, Magufuli merupakan pemimpin yang dikenal populis. Ia mengeluarkan sejumlah kebijakan yang pro-rakyat, seperti memecat para PNS yang tidak becus dalam bekerja, serta menjatuhkan hukuman berat terhadap koruptor.

Namun, ia juga dikritik karena meremehkan bahaya Covid-19.

Ketika pandemi baru merebak di Tanzania, Magufuli menolak menerapkan kebijakan lockdown di negaranya. Menurutnya, Covid-19 merupakan "iblis" yang hanya bisa dikalahkan dengan doa. Ia pun menghimbau masyarakat agar semakin rajin ke Gereja dan Masjid.

"Virus Corona, yang merupakan iblis, tidak akan bisa hidup di dalam tubuh Kristus. Ia akan terbakar dengan sendirinya," tegas Magufuli, dalam pidatonya di sebuah gereja di Dodoma, ibu kota Tanzania.

Pada Juni 2020, ia mengumumkan bahwa Tanzania "telah bebas dari Covid-19", dan menganjurkan rakyat untuk lepas masker.

Celakanya, kebijakan ini justru menjadi malapetaka bagi dirinya.

Ambrose Dlamini

Suasana prosesi pemakaman Perdana Menteri Eswatini, Ambrose Dlamini | Twitter

Perdana Menteri (PM) Eswatini, Ambrose Dlamini wafat pada 13 Desember 2020 di usia 52 tahun. Kematian pemimpin negara monarki absolut satu-satunya di Afrika tersebut terjadi sekitar sebulan pasca dinyatakan positif Covid-19.

"Yang Mulia (Raja Eswatini) telah memerintahkan saya untuk mengumumkan kepergian Perdana Menteri Ambrose Mandvulo Dlamini," kata Deputi Perdana Menteri Themba Masuku, dalam pernyataan resminya.

Pada Desember 2020, Dlamini dilarikan ke Afrika Selatan untuk menjalani perawatan akibat Covid-19. Menurut keterangan pemerintah setempat, kondisi Dlamini stabil dan mampu memberikan respon dengan baik.

Dikutip dari Aljazeera, Dlamini telah menjabat sebagai PM Eswatini sejak November 2018. Sebelumnya, ia merupakan direktur MTN Eswatini, sebuah perusahaan telekomunikasi milik negara. Ia dikabarkan berkecimpung di dunia perbankan selama 18 tahun, dan pernah memegang jabatan direktur manajer di Eswatini Nedbank Limited.

Memiliki populasi sekitar 1 juta jiwa, Eswatini telah mencatatkan angka positif Covid-19 sebanyak 19.084 kasus hingga Juli 2021, dengan 678 korban jiwa.

Sejumlah aktivis dan kelompok sosial masyarakat menuduh Eswatini lebih memprioritaskan kesehatan perdana menteri mereka ketimbang rakyat, yang saat ini berjuang mati-matian bertahan hidup ditengah pandemi. 

Selama bertahun-tahun, para pemimpin Eswatini kerap dikecam oleh dunia internasional karena hidup berfoya-foya dari hasil korupsi, ketika 39 persen rakyat mereka hidup dibawah garis kemiskinan dan terancam kelaparan. 

Pierre Nkurunziza

Prosesi pemakaman Presiden Burundi, Pierre Nkurunziza | AFP

Pada 8 Juni 2020, Burundi dikejutkan oleh kematian mendadak Presiden Pierre Nkurunziza. Padahal, beberapa hari sebelumnya ia terlihat sehat, dan kerap muncul di hadapan publik.

Menurut keterangan resmi, kesehatan Nkurunziza merasa sakit setelah menghadiri pertandingan voli. Ia pun langsung dilarikan ke rumah sakit, dan meninggal setelah menjalani perawatan selama dua hari.

Meski awalnya disebut akibat serangan jantung, terkuak bahwa penyebab kematian Nkurunziza disebabkan oleh Covid-19.

Terpilih tahun 2005, Nkurunziza merupakan seorang guru olahraga yang menjadi pemimpin pemberontak Hutu dalam perang saudara melawan etnis Tutsi. 

Agar tidak diadili atas kejahatan HAM yang ia lakukan, Nkurunziza membawa Burundi keluar dari keanggotaan Pengadilan Internasional pada 2017.

Sama seperti Magufuli, Nkurunziza juga meremehkan bahaya pandemi Covid-19. Dikutip dari The Guardian, alih-alih melakukan pembatasan kegiatan masyarakat, ia justru mengizinkan turnamen olahraga dan kampanye politik, yang tentu menimbulkan kerumunan.

Ia juga menyebut bahwa virus Corona menular lewat udara, dan Tuhan "telah membersihkannya" dari langit Burundi. 

Pada 15 Mei 2020, Nkurunziza mengusir perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari Burundi, dan menuduh mereka telah "memanipulasi" wabah. 

Hingga Juli 2021, Burundi telah mencatat sekitar 5.494 kasus positif Covid-19, dengan jumlah kematian sebanyak 8 orang. Namun, angka ini masih diperdebatkan, mengingat kurangnya kemampuan negara tersebut dalam melakukan tes secara masif.