Dilanda Banjir Parah, New York Dinilai Tak Sanggup Hadapi Perubahan Iklim

Para petugas mengevakuasi warga yang terjebak banjir di New York, AS | CNN

Badai Ida yang melanda pantai timur Amerika Serikat (AS) menyebabkan banjir besar di sejumlah daerah. Salah satunya adalah New York, kota terbesar di Negeri Paman Sam.

Selama satu pekan terakhir, sejumlah pemukiman dan tempat-tempat publik lumpuh, serta ribuan kendaraan berserakan akibat tersapu genangan air.

Para penduduk dikabarkan terperangkap dalam basemen rumah mereka, sedangkan korban tewas ditemukan di antara puing-puing rumah dan kendaraan.

"Ketika tengah makan malam, saya mendengar suara gemericik, dan air keluar dari saluran pembuangan kamar mandi," kata George Bailey, seorang warga New York.

"Setelah mengecek saluran air utama, saya kembali ke ruang tamu, dan air sudah setinggi satu kaki. Sangat mengejutkan melihat air mengalir begitu cepat"

Kondisi yang semakin berbahaya membuat Gubernur New York dan New Jersey menyatakan situasi darurat bencana



Stasiun kereta bawah tanah ditutup, kendaraan pribadi dilarang berlalu lalang di jalan, sedangkan semua penerbangan dibatalkan.

Lumpuhnya New York mengejutkan banyak pihak. Kota ini terkenal sebagai pusat aktivitas bisnis dan perekonomian AS. 

Hal ini dikhawatirkan berdampak pada perekonomian dunia, mengingat posisi AS sebagai kekuatan global terbesar.

Kegagalan Infrastruktur

Sejumlah pembatas jalan dan fasilitas umum tampak berserakan akibat tersapu banjir di New York, AS | BBC

Sejumlah pakar mengatakan, banjir bandang di New York merupakan sinyal bahwa infrastruktur kota tersebut tidak siap dalam menghadapi cuaca ekstrem, yang disebabkan perubahan iklim.

"Kita telah membangun kota dan masyarakat yang hanya mampu beradaptasi dengan kondisi iklim di masa lalu, yang kini sudah tidak ada lagi," kata Alice Hill, pengawas perencanaan risiko iklim di Dewan Keamanan Nasional selama pemerintahan Obama.

Selama ini, pemerintah AS kurang memberikan perhatian serta dana yang cukup untuk persiapan menghadapi perubahan iklim. Padahal, kondisi semacam ini telah lama diprediksi.

Selain itu, negara juga tidak mengambil langkah serius untuk mengurangi gas rumah kaca, yang merupakan faktor signifikan perubahan iklim.

Pemerintah New York sendiri telah menginvestasikan miliaran dolar AS untuk sistem perlindungan badai sejak Topan Sandy pada tahun 2012. 

Namun, melihat besarnya kerusakan yang terjadi akibat banjir, investasi tersebut memberikan manfaat yang terbilang kecil. Karena sistem yang dibuat tidak mampu menghadapi bencana yang lebih parah.

Sebelum badai melanda, pemerintah setempat telah mempersiapkan langkah pencegahan. Seperti membersihkan saluran pembuangan, mendirikan penghalang banjir di jaringan kereta bawah tanah, dan area sensitif.

Akan tetapi, curah hujan jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Sistem tersebut langsung tidak berdaya dalam menahan aliran air.

Situasi diperparah dengan banyaknya bangunan dan apartemen yang tidak memenuhi standar keselamatan. Properti semacam itu menjadi hunian murah bagi pekerja, imigran gelap, dan masyarakat menengah ke bawah.

Sebagian besar dari korban tewas di basemen apartemen berasal dari ketiga kalangan tersebut. 

Seorang ibu dan anak tewas setelah terjebak banjir bandang di basemen apartemen di New York, AS | New York Times

"Ini telah terjadi sepanjang waktu," kata Jennifer Mooklal, seorang warga. Tetangganya menjadi salah satu korban tewas akibat terjebak banjir di basemen apartemen.

"Meski cuma hujan biasa, basemen kami langsung kebanjiran. Kami telah melaporkan hal tersebut kepada pemerintah kota selama bertahun-tahun, namun tidak ada yang menanggapi"