Larangan Ekspor Bikin Negara Maju Marah, Sepenting Itukah Batu Bara Indonesia?

 

Kapal tongkang Indonesia bersiap mengangkut batu bara ke tempat tujuan | CNBC Indonesia


Pada tanggal 31 Desember 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan surat yang melarang perusahaan untuk mengekspor batubara.

Surat dengan nomor B-1605/MB.05/DJB.B/2021 tersebut diterbitkan melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba).

Keputusan ini ditujukan kepada pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Tambang Batu Bara (PKP2B), Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi, Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), serta perusahaan pemegang izin pengangkutan dan penjualan batu bara.

Langkah pelarangan ekspor diambil oleh Kementerian ESDM untuk mengatasi kelangkaan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik milik PLN.

Menurut pihak Ditjen Minerba, pemenuhan kebutuhan batu bara untuk pasokan listrik dalam negeri sudah sesuai dengan PP 96/2021, Pasal 157 ayat 1, Pasal 158 ayat 3, dan Permen ESDM Nomor 7 tahun 2020 pasal 62 huruf g.

"Sesuai dengan ketentuan dalam Kepmen ESDM 139/2021 tentang pemenuhan kebutuhan batu bara dalam negeri dinyatakan bahwa dalam hal keadaan mendesak tidak terpenuhinya kebutuhan batu bara, Dirjen Minerba atas nama Menteri ESDM dapat menunjuk Pemegang IUP, IUPK, dan PKP2B," tulis Dirjen Minerba Ridwan Djamaluddin.

Sebelumnya, PLN mengalami defisit pasokan batu bara yang sangat besar. Dari 5,1 juta metrik ton yang dibutuhkan, batu bara yang tersedia hanya 35 ribu metrik ton atau kurang dari satu persen.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, pemadaman listrik akan terjadi secara luas di Indonesia. Sebanyak 10 juta pelanggan, baik masyarakat umum maupun industri, diperkirakan harus hidup tanpa listrik dalam waktu cukup lama.

Kebijakan pelarangan ekspor yang diambil pemerintah mendapat sambutan baik oleh masyarakat luas. Pemadaman listrik tentu akan menambah penderitaan publik, yang saat ini masih berjibaku melawan pandemi Covid-19.

Namun, respon berbeda datang dari dunia internasional. Sejumlah negara mengecam keras keputusan Indonesia yang menghentikan ekspor batu bara.

Pada 5 Januari 2022, Duta Besar (Dubes) Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji mengirim surat kepada Kementerian ESDM. Isinya, meminta agar larangan ekspor batu bara segera dicabut.

Menurut Kanasugi, negaranya sangat mengandalkan batu bara Indonesia untuk pembangkit listrik mereka. 

"Industri di Jepang secara reguler mengimpor batu bara dari Indonesia untuk pembangkit listrik dan manufaktur (sekitar 2 juta ton per bulan). Oleh karena itu, kami meminta untuk segera mencabut larangan ekspor batu bara ke Jepang," tulis Kanasugi.

Disaat yang sama, konsumsi listrik di Jepang sedang naik akibat musim dingin. Kebanyakan masyarakat menggunakan pemanas listrik untuk menghangatkan diri.

"Saat ini permintaan batu bara di Jepang sangat tinggi di tengah musim dingin," tambahnya.


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jepang | Financial Tribune


Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Korea Selatan (Korsel) Yeo Han-koo buru-buru mengadakan rapat dengan Mendag RI Muhammad Lutfi untuk menyampaikan keberatan pemerintah Korsel.

Korsel merupakan pasar ekspor batu bara RI terbesar keempat setelah Jepang, dengan jumlah 24,78 ton pada tahun 2020.

"Menteri Perdagangan Yeo menyampaikan keprihatinan Pemerintah Korea terkait kebijakan larangan ekspor batu bara Indonesia, dan meminta dengan sangat kuat kerja sama dari Indonesia agar pengapalan (ekspor) batu bara bisa segera dimulai kembali," terang pernyataan resmi Kementerian Perdagangan Korsel.

Selain dua negara di atas, ada juga Cina, Malaysia, dan Filipina yang ramai-ramai melontarkan protes.

Fenomena yang sangat jarang terjadi ini menjadi viral di Indonesia.  

Jiwa patriotisme (cenderung overproud) sejumlah warganet tanah air berkobar-kobar di media sosial.

"Ternyata negara2 yg katanya maju masih butuh SDA dari Indonesia...Eropa protes nikel sekarang Jepang protes batubara..," tulis akun Sakera di Facebook

"Panik kan internasional. #Indonesia bisa. Jual SDA INDONESIA dengan harga mahal. Biar hutang negara segera tertutup," kata Sastro Drajat

"Saatnya Indonesia menjadi Kings Maker, karena ternyata selama ini banyak negara yang tergantung kepada SDA kita ... Hayo naikan posisi tawar kita di dunia internasional..," ucap Sapto SaYogo

Laris di Dunia

Aktivitas pertambangan batu bara di Kalimantan Timur, Indonesia | Tempo

Menurut data yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, Indonesia memiliki dua tambang batu bara terbesar di dunia. Keduanya adalah Sangatta di Kalimantan Timur (Kaltim), dan Tabalong di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Meski demikian, jumlah produksi batu bara tanah air bukanlah yang terbesar. Indonesia menduduki peringkat kelima dengan total 561 juta ton, dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat (AS). 

Walaupun tidak menduduki posisi puncak, faktanya batu bara Indonesia tetap menjadi incaran banyak negara.

Dalam Trade Expo Indonesia (TEI) tahun 2017, produk batu bara Indonesia sukses meraih pendapatan sebesar 588 juta dolar AS, sekitar 45,82 persen dari total transaksi produk di TEI.

Fakta paling mengejutkan, Cina sebagai produsen batu bara nomor satu dunia juga terpincut dengan batu bara Indonesia.

Pada tahun 2020, Indonesia telah mengirim 127,7 juta ton batu bara ke Cina, setara dengan 32 persen total ekspor selama setahun terakhir.

Memiliki wilayah hampir seluas Eropa, dengan jumlah penduduk 1,4 miliar, Cina tidak mampu menjalankan semua pembangkit listrik mereka jika hanya mengandalkan batu bara dalam negeri.

Selain itu, mereka juga tengah menghadapi musim dingin, sehingga penggunaan listrik melonjak tajam. Berhentinya pasokan dari Indonesia menjadi gangguan besar.

Setelah Cina, India menjadi importir batu bara terbesar kedua bagi Indonesia. Meski luas wilayahnya lebih kecil, jumlah penduduk India 1,3 miliar, tidak beda jauh dengan Cina. Dengan kata lain, kebutuhan listrik disana juga tidak kalah besar

Kepadatan penduduk yang tinggi membuat ketersediaan tanah terbatas. Sehingga tidak banyak yang bisa dimanfaatkan untuk pertambangan, termasuk batu bara.

Dari total keseluruhan impor batu bara, komoditas batu bara Indonesia membentuk 45-50 persen. India bisa terancam gelap gulita jika pasokan dari Indonesia terhenti.

Jumlah penduduk yang terlalu banyak menimbulkan kelangkaan lahan di India | The Asian Age

Lalu, bagaimana dengan Jepang dan Korsel, dua negara yang paling keras menentang kebijakan larangan ekspor batu bara?

Jepang merupakan negara tujuan ekspor batu bara terbesar ketiga bagi Indonesia. Setiap bulan, negeri sakura mengimpor sekitar 2 juta ton batu bara dari tanah air.

Pada tahun 2020, tercatat sebanyak 26,97 juta ton batu bara telah mereka beli dari Indonesia. 

Ketika kebijakan larangan ekspor diberlakukan, setidaknya lima kapal pengangkut batu bara yang akan berangkat ke Jepang tertahan di pelabuhan.

Sementara di Korsel, sebanyak 20 persen dari total pasokan batu bara nasional berasal dari Indonesia. Angka yang cukup signifikan.

Menurut keterangan resmi pemerintah Korsel, berhentinya pasokan batu bara dari Indonesia tidak berdampak serius bagi mereka. Meski demikian, meningkatnya pemakaian listrik selama musim dingin jadi tantangan utama.

"Meskipun dampak jangka pendek terbatas, tindakan pencegahan yang cepat dan menyeluruh diperlukan karena permintaan energi tinggi di musim dingin," kata Wakil Menteri Perindustrian Park Ki-young.





















Banner iklan disini