Terus Hamburkan Anggaran di Bitcoin, El Salvador Bisa Bangkrut

 

Rakyat El Salvador menggelar unjuk rasa menentang penggunaan Bitcoin di negara mereka | Reuters

Pada 7 September 2021, Presiden El Salvador Nayib Bukele meresmikan Bitcoin sebagai salah satu mata uang resmi.

Dengan peresmian tersebut, Bukele yakin Bitcoin akan memacu investasi dan mendongkrak perekonomian El Salvador, salah satu negara termiskin di benua Amerika.

Ya,  El Salvador memang termasuk negara yang serba kekurangan. Dengan luas yang lebih kecil dari Provinsi Jawa Barat, mereka tidak punya sumber daya alam yang melimpah. Tingkat pendidikan yang rendah, serta maraknya kejahatan telah jadi pemandangan sehari-hari.

Namun, angka kemiskinan disana telah berkurang drastis sejak tahun 2014, prestasi yang amat membanggakan. Terlebih setelah Bukele naik tahun 2019. El Salvador mulai merintis digitalisasi dan transformasi di bidang teknologi secara besar-besaran.

Salah satunya melalui Bitcoin, yang digadang sebagai batu loncatan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih besar.

Tepat satu tahun sejak kebijakan itu ditetapkan, Bitcoin ternyata tidak jadi "mesias" yang diharapkan Bukele. Sebaliknya, mata uang kripto itu malah jadi bencana, yang bisa menghancurkan segala pencapaian mereka dalam sekejap

Jatuh Terus

Jasa tambal ban yang menerima Bitcoin di El Salvador | NDTV

Ketika baru ditetapkan sebagai mata uang resmi, Bitcoin memang terlihat sangat menjanjikan. Nilainya terus merangkak naik dari waktu ke waktu. Periode September-November 2021, misalnya, nilai 1 Bitcoin tumbuh dari Rp 660 juta ke Rp 963 juta.

Namun, memasuki tahun 2022, nilainya terus menerus anjlok. Sejak Januari 2022, 1 Bitcoin turun drastis menjadi Rp 286 juta saja. Artinya, selama sembilan bulan Bitcoin rontok hingga Rp 400 juta.

Kejatuhan ini dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah uang kripto. Banyak trader diluar sana putus asa karena bangkrut. Beberapa bahkan bunuh diri karena semua uangnya hangus di Bitcoin.

Sementara di El Salvador, kejatuhan Bitcoin telah jadi masalah nasional karena digunakan sebagai alat pembayaran. Artinya, pendapatan jutaan warga disimpan dalam bentuk Bitcoin. Ketika nilai Bitcoin ambruk, otomatis kekayaan mereka ikut menyusut.

Meski demikian, Bukele tetap ngotot dengan kebijakannya. Ia malah menghamburkan anggaran negara dengan memborong lebih banyak Bitcoin ketika harganya jatuh. Nilai yang diinvestasikan tidak main-main, mencapai 15 juta dolar AS (Rp 223 miliar) pada Mei 2022. Sejauh ini, total dana yang dihabiskan El Salvador mencapai 375 juta dolar AS (Rp 5,5 triliun)

Akan tetapi, hasilnya tetap saja nihil. Bitcoin tidak menunjukkan tanda akan naik. Disisi lain, El Salvador masih mewarisi hutang sebanyak 23 miliar dolar AS (Rp 341 triliun) dari pemimpin sebelumnya. Dari keseluruhan, baru 800 juta dolar AS (Rp 11 triliun) yang dibayar ke IMF.

Kebijakan Bitcoin yang dikeluarkan Bukele bisa membuat El Salvador gagal bayar, dan alami kebangkrutan

Rakyat Melawan

Seorang anak dan ibu berjalan melewati grafiti anti-Bitcoin di El Salvador | Detik.com

Sebenarnya, perlawanan rakyat terhadap Bitcoin telah dimulai sebelum kebijakan itu diresmikan. Komponen masyarakat, mulai dari ekonom, jurnalis, hingga para pekerja turun ke jalan untuk menentang uang kripto itu.

Namun, Bukele meredam aksi unjuk rasa dengan serangkaian penangkapan dan pemenjaraan.

Enam hari sebelum pengesahan Undang-Undang (UU) Bitcoin, seorang pengembang software bernama Mario Gomez diseret dari mobilnya, sebelum diborgol dan ditahan. Insiden ini terjadi setelah Gomez mempertanyakan motif pemerintah El Salvador mengadopsi Bitcoin di akun Twitter pribadinya.

Selama tiga tahun masa pemerintahannya, Bukele telah menunjukkan sifat-sifat otoriter. Hal ini sudah terlihat bahkan ketika ia baru dilantik.

Pada Juni 2019, Bukele meluncurkan "Rencana Kontrol Teritorial". Program ini memiliki terdiri dari tujuh poin penting, yang intinya memberi kewenangan lebih besar kepada angkatan bersenjata untuk memberantas geng dan kejahatan terorganisir. Kebijakan ini mendapatkan dukungan luas dari rakyat El Salvador, yang sudah muak melihat dominasi kelompok kriminal atas pemerintahan dan institusi negara yang korup. 

Namun, Rencana Kontrol Teritorial milik Bukele ditentang oleh anggota DPR El Salvador. Mereka ramai-ramai berusaha menjegal program tersebut. Mendengar hal itu, Bukele pun murka. Ia lalu mengerahkan angkatan bersenjata ke gedung DPR untuk mengintimidasi para "wakil rakyat" agar memberikan persetujuan pada 9 Februari 2020.

Pengaruh Bukele semakin besar ketika partainya, Nuevas Ideas, berhasil memenangkan mayoritas kursi DPR pada Maret 2021. Artinya, ia mengontrol kekuasaan eksekutif dan legislatif di El Salvador.

Tak heran, meski kebijakan Bitcoin nya ditentang banyak orang, Bukele mampu meloloskannya dengan mudah. Pejabat pemerintahan, DPR, hingga polisi dan militer telah berada di tangannya. 

Rakyat El Salvador tidak kehilangan akal. Mereka terus menyuarakan sikap menentang Bitcoin dengan cara lain. Misalnya membuat grafiti anti Bitcoin di tembok dan fasilitas umum, atau menolak pembayaran dalam Bitcoin. Sejauh ini, semua itu belum mempan untuk meruntuhkan kebijakan Bukele.

Kita lihat saja sampai kapan mereka akan bertahan seperti ini.













Banner iklan disini