G20 Indonesia: Apa Saja yang Telah Dicapai?

 

Presiden RI Joko Widodo dalam pembukaan G20 di Nusa Dua, Bali | Infopublik.id

Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi resmi menutup pertemuan puncak G20 di Nusa Dua, Bali pada Rabu (16/11/2022).

Penutupan tersebut disaksikan oleh kepala negara dan menteri dari negara anggota G20, utusan khusus, serta pemimpin lembaga internasional. 

Seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida, PM India Narendra Modi, hingga Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Masatsugu Asakawa.

Setelah mengumumkan penutupan G20 Indonesia, Presiden Jokowi menyerahkan palu presidensi selanjutnya kepada PM India Narendra Modi. India akan menjadi pemegang presidensi G20 tahun 2023 mendatang.

Perhelatan G20 di Indonesia memiliki keistimewaan sendiri. Sehari sebelumnya, para tamu disuguhi oleh keindahan alam, juga tradisi Bali. Bahkan, acara makan malam (gala dinner) diwarnai oleh pentas seni termegah dalam sejarah G20.

Meski berlangsung meriah dan menyenangkan, para kepala negara dan tamu yang hadir mengemban tugas yang berat. Dunia saat ini sedang dilanda krisis besar akibat pandemi Covid-19, Perang Rusia-Ukraina, dan segudang masalah lainnya

Pertemuan G20 kali menjadi kesempatan emas untuk menciptakan kebijakan, yang berdampak besar bagi dunia internasional.

Apa saja yang telah dicapai dalam presidensi G20 Indonesia tahun ini?

1. Peluncuran Pandemic Fund

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam peluncuran Pandemic Fund di Bali | Dok. Kemenkeu

Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun 2019 telah menghancurkan perekonomian banyak negara. Beberapa diantaranya malah terancam bangkrut karena kehilangan pemasukan. Salah satunya adalah Sri Lanka.

Negara yang terletak di selatan India tersebut sangat bergantung pada sektor pariwisata. Pandemi yang disertai lockdown membuat milyaran orang tidak bisa beraktivitas di luar rumah, termasuk untuk berwisata. Akibatnya, kunjungan turis di Sri Lanka menurun drastis, bahkan tidak ada sama sekali.

Maka dari itu, organisasi G20 meluncurkan Pandemic Fund, sebuah dana raksasa untuk memulihkan ekonomi dunia. Dana tersebut didapatkan dari sumbangan negara anggota G20, lembaga keuangan dunia, hingga filantropis.

Rencana Pandemic Fund ini pertama kali dicetuskan pada KTT G20 di Italia tahun 2021 lalu. Dalam pertemuan itu, para pemimpin G20 telah memberikan mandat kepada para menteri keuangan dan menteri kesehatan negara anggota untuk membentuk financial intermediary facility (fasilitas perantara keuangan). 

Tujuannya agar dunia mampu menghadapi pandemi berikutnya.

Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani, dunia butuh US$31,3 miliar (Rp 483 triliun) per tahun untuk memenuhi Pandemic Fund ini.

Hingga November 2022, jumlah dana yang terkumpul baru US$20,6 miliar (Rp 321 triliun). Perlu US$10 miliar (Rp 155 triliun) untuk mencapai target tahun ini.

Dan Indonesia telah menyumbang sebanyak US$50 juta (Rp 779 miliar).

2. "Keharmonisan" Cina-AS

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden berjabat tangan di sela G20 Bali | Kompas.com

Beberapa tahun terakhir, dua negara adidaya dunia, Cina dan Amerika Serikat (AS) terlibat dalam perseteruan panjang. Konflik kedua negara tersebut telah berdampak pada ketidakstabilan politik dan ekonomi global.

Krisis dunia yang terjadi akibat pandemi Covid-19 dan Perang Rusia-Ukraina sepertinya menyadarkan Cina dan AS untuk melakukan rekonsiliasi.

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden melakukan pertemuan pada Senin (14/11/2022), di sela-sela agenda G20. Acara tatap muka yang dilakukan di Hotel Mulia, Bali ini diawali dengan jabat tangan antara kedua pemimpin negara.

Tidak tampak ketegangan atau raut wajah marah antara Biden dan Xi. Keduanya bahkan melempar senyuman saat kamera media memotret pertemuan mereka.

Ada banyak hal yang dibahas oleh keduanya dalam kesempatan ini. 

Pertama adalah Perang Rusia-Ukraina. Biden dan Xi menegaskan bahwa penggunaan senjara nuklir dalam konflik ini "sama sekali tidak bisa diterima". Pernyataan ini adalah respon dari tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang pernah mengancam akan menggunakan kekuatan nuklir dalam perang dengan Kyiv.

Kedua, isu Taiwan. Biden mengatakan, pihaknya percaya bahwa Cina tidak akan melakukan invasi ke Taiwan dalam waktu dekat. Ia juga menegaskan sikap AS terhadap Taiwan.

"Saya juga menegaskan kepadanya (Xi Jinping) komitmen kami (AS) kepada Taiwan tidak berubah sama sekali," kata Biden, dikutip oleh Reuters.

Taiwan telah menjadi bola panas dalam relasi AS-Cina, terlebih setelah AS meneken UU Relasi Taiwan yang mendukung kemerdekaan pulau tersebut pada tahun 2018. Ketua DPR AS Nancy Pelosi juga sempat memicu ketegangan ketika mengadakan kunjungan resmi ke Taipei.

Selama tujuh dekade, Cina terus mengklaim Taiwan sebagai wilayah teritorial mereka. Maka dari itu, setiap upaya untuk mendukung kemerdekaan Taiwan adalah ancaman terhadap kedaulatan Cina.

3. G20 Bali Leaders Declaration

Pemimpin negara G20 mengesahkan Leaders Declaration di Bali | ABC Australia

Pada Rabu (16/11/2022), para kepala negara G20 telah menyepakati Bali Leaders Declaration atau Deklarasi Pemimpin Bali, yang berisi kebijakan untuk merespon krisis ekonomi global saat ini.

"Di tengah situasi krisis ekonomi global saat ini, G20 harus melakukan upaya nyata, tindakan yang tepat, cepat, dan perlu, menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk mengatasi tantangan bersama, termasuk melalui kerja sama kebijakan makro internasional dan konkrit," demikian petikan bunyi Leaders Declaration.

Upaya untuk mewujudkan kebijakan tersebut akan ditempuh melalui lima langkah

Pertama, negara anggota G20 akan bertindak secara cepat dan fleksibel dalam menjalankan kerja sama ekonmi makro. Caranya, dengan membuat investasi publik dan reformasi struktural, mempromosikan investasi swasta, memperkuat perdagangan multilateral, dan ketahanan rantai pasokan global.

Poin kedua, negara anggota G20 akan menggunakan semua alat yang ada untuk melindungi stabilitas ekonomi makro dan keuangan, demi memitigasi risiko penurunan sejak krisis keuangan global.

Poin ketiga, para anggota G20 akan mengampanyekan ketahanan pangan dan energi, mendukung stabilitas pasar, serta memberi dukungan dalam meredam dampak kenaikan harga secara temporer dan terarah.

Keempat, negara G20 akan membuka investasi untuk negara berpenghasilan rendah, menengah, serta negara berkembang lainnya.

Lima, Bali Leaders Declarations berkomitmen untuk mempercepat tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Developmen Goals/SDG's) demi kemakmuran seluruh masyarakat.








Banner iklan disini