Provokasi Pakai Jet Tempur Nuklir, Apa yang Terjadi Jika Cina Berhasil Caplok Taiwan?

 

Presiden Cina Xi Jinping (kiri) dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen | Reuters, BBC, CNN, Unsplash

Untuk kesekian kalinya, Cina kembali menerbangkan armada udara mereka ke atas langit Taiwan pada Minggu (28/11/2021)

Sebanyak 27 pesawat militer Cina terbang melintasi wilayah selatan Taiwan menuju Selat Bashi, yang memisahkan pulau itu dengan Filipina. 

Hal yang cukup mengejutkan, armada tersebut juga membawa lima jet tempur H-6, yang dilengkapi persenjataan nuklir.  

Keberadaan pesawat pengangkut bahan bakar Y-20 menimbulkan spekulasi bahwa mereka mengisi bahan bakar di tengah penerbangan. 

Cina memang diketahui tengah menyempurnakan kemampuan pengisian bahan bakar di udara, demi mewujudkan impian sebagai kekuatan dunia yang baru.

Sempat bergerak menjauh ke lautan pasifik, armada udara Cina akhirnya berputar dan kembali ke tempat asalnya.

Insiden kali ini menambah panjang daftar provokasi Cina terhadap Taiwan, yang mereka anggap sebagai "provinsi yang membangkang". 

Pada awal Oktober 2021 lalu, sekitar 150 pesawat tempur Cina menerobos zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari berturut-turut.

Dalam satu hari, Cina bisa mengirimkan hingga 56 pesawat tempur. Rekor tersebut semakin menunjukkan bahwa mereka memang berniat untuk mencaplok Taiwan.

Belakangan ini, Cina memang gusar dengan langkah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang semakin mendukung kemerdekaan Taiwan.

Pada 18 November 2021, Taiwan berhasil membuka kedutaan besar de facto mereka di Lithuania, salah satu negara Eropa yang pro-AS.

Matas Maldeikis, ketua delegasi parlemen Lithuania, menyebut dukungan negaranya terhadap Taiwan disebabkan adanya kesamaan misi dalam melawan pemerintahan otoriter.

Lithuania memang pernah merasakan hidup dibawah rezim komunis, ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Kemerdekaan mereka tahun 1990 menjadi pintu gerbang bagi keruntuhan Soviet setahun kemudian.

"Kebijakan pemerintah Lithuania terhadap Taiwan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat," kata Maldeikis, ketika bertemu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

Keputusan ini memicu kemarahan dari Cina, yang langsung menurunkan level hubungan diplomatik dengan Lithuania.

Sebanyak lima anggota Kongres AS mengadakan kunjungan dadakan ke Taiwan pada 25 November 2021. 

Dalam kesempatan tersebut, mereka mampir ke American Institute in Taiwan, yang menjadi kedutaan de facto AS di pulau itu.

"Baru saja mendarat di Republik Taiwan," cuit Nancy Mace, anggota kongres dari Partai Republik di akun Twitter nya.

Pemerintahan AS dibawah pimpinan Presiden Joe Biden telah mengundang Taiwan dalam Summit for Democracy (Konferensi untuk Demokrasi).

Melalui Kementerian Luar Negeri, Beijing melontarkan kecaman kepada rencana AS.

"Perilaku AS membuktikan bahwa apa yang mereka sebut demokrasi hanyalah alat untuk mencapai tujuan geopolitik, menekan negara lain, memecah belah dunia, dan menjaga hegemoni mereka di dunia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian.

Perkembangan yang semakin menguntungkan gerakan kemerdekaan Taiwan disinyalir menjadi alasan meningkatnya aktivitas militer Cina.

Lalu, jika Cina memutuskan untuk mencaplok Taiwan, apa yang akan terjadi?

Perang dengan AS

Armada angkatan laut AS saat melintasi Selat Taiwan, 2018 | Reuters

Pada mulanya, AS tidak mengakui pemerintahan komunis di Cina Daratan, dan sebaliknya, menyatakan pemerintahan Kuomintang di Taiwan sebagai wakil Cina yang sah.

Namun, semua itu berubah ketika Presiden AS Richard Nixon berkunjung ke Beijing pada 21-28 Februari 1972.

Dalam pertemuan yang dikenal dengan nama Shanghai Communique, kedua negara sepakat untuk membuka hubungan diplomatik, dan mematuhi kebijakan "Satu Cina"

Meski demikian, AS tetap diperbolehkan membangun relasi dengan Taiwan, termasuk memberikan dana bantuan dan menjual perlengkapan militer.

Sikap politik yang ambigu tersebut membantu Taiwan dalam menjaga eksistensi mereka. Ketika Cina mengeluarkan ancaman militer, mereka mampu memberikan perlawanan yang cukup.

Selain itu, Taiwan juga dapat menjalin relasi sebagai sekutu tidak resmi AS. Sudah menjadi rahasia umum, jika sekutunya terancam, AS pasti langsung turun tangan.

Maka dari itu, pernyataan perang terhadap Taiwan menandakan Cina telah siap berhadapan dengan AS.


Krisis Teknologi


TSMC merupakan perusahaan teknologi Taiwan yang memasok sebagian besar semikonduktor di dunia | Taiwan News

Selama empat dekade terakhir, Taiwan telah bertransformasi menjadi salah satu raksasa teknologi global. 

Produk-produk seperti Asus, Acer, Foxconn, dan sebagainya lahir di pulau kecil itu. 

Namun, teknologi Taiwan yang paling berpengaruh bagi dunia adalah semikonduktor.

Komponen ini digunakan untuk menghambat atau mengalirkan listrik secara otomatis dalam perangkat elektronik.

Menurut data Asosiasi Semikonduktor Internasional (SIA), jumlah nilai produksi semikonduktor Taiwan mencapai 2,66 triliun dolar Taiwan, membentuk 16,9% dari total dunia, menduduki peringkat ketiga secara global.

Sedangkan dalam industri Original Equipment Manufacture (OEM), mereka menguasai 63% pangsa OEM wafer global.

Krisis yang terjadi di Taiwan tentu akan mempengaruhi industri smartphone dan komputer dunia, termasuk perusahaan teknologi di Cina, yang saat ini tengah berkembang pesat