Hutang Argentina Capai 515 Ribu Triliun, Kok Bisa?

 

Warga Argentina mengadakan unjuk rasa memprotes ekonomi yang memburuk | CNBC

Belakangan ini, sejumlah negara di dunia menghadapi krisis ekonomi yang parah. Salah satunya adalah Argentina.

Perekonomian negara yang dikenal sebagai pencetak pemain sepak bola legendaris, seperti Diego Maradona dan Lionel Messi, itu ambruk setelah terancam mengalami gagal bayar. Utang Argentina mencapai 515 ribu triliun rupiah, atau 80,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka.

Sebagai catatan, jumlah utang Indonesia mencapai 6 ribu triliun, sekitar 31,8 persen dari PDB. Artinya, utang Argentina saat ini 85 kali lebih besar dari utang kita. Padahal, kalau dipikir jumlah utang Indonesia sudah buat rakyat menjerit, terus jadi alat elit disini untuk menjatuhkan lawan politik mereka.

Bahkan, utang Argentina mengalahkan utang Amerika Serikat (AS) yang terkenal "jumbo".  AS sendiri  punya utang mencapai 432 ribu triliun. Namun, tidak apple-to-apple jika membandingkan AS dan Argentina, karena tingkat ekonomi mereka berbeda jauh. 

AS adalah negara adidaya dengan perekonomian terbesar di dunia. Produk buatan mereka tersebar luas secara global. Misalnya dalam teknologi.  Apple (gawai), Microsoft (perangkat lunak), Facebook (media sosial), dan Google (mesin pencari) adalah produk AS yang sudah jadi kebutuhan sehari-hari milyaran orang, termasuk kita sendiri.

Sementara Argentina, uhuk, tidak punya produk unggulan yang mumpuni. Kita jarang, bahkan mungkin tidak pernah melihat produk Argentina di sekitar kita. Ekonomi mereka hanya bertumpu pada sektor pertambangan dan pertanian. Sedangkan manufaktur kurang berkembang.

Tak heran, dengan utang sebanyak itu Argentina langsung kolaps. Jutaan orang yang kehilangan pekerjaan banting setir menjadi pemulung. Mereka mengais sampah di tempat pembuangan untuk mendapatkan uang.

Satu abad yang lalu, Argentina adalah salah satu negara paling makmur di muka bumi. Kenapa nasib mereka jadi begitu mengenaskan?

Salah Urus Ekonomi

Pasar saham di Buenos Aires, Argentina | Reuters

Selama puluhan tahun, pemerintahan di Argentina terus berganti. Mulai dari junta militer yang otoriter, hingga presiden yang dipilih secara demokratis. Namun, tidak ada satupun yang menangani perekonomian dengan baik.

Pemerintah Argentina sering mengeluarkan kebijakan yang justru blunder bagi ekonomi negara. Meskipun ada wacana reformasi, kesalahan terus saja terjadi. Argentina tidak menerapkan disiplin fiskal dan reformasi struktural secara merata. 

Sementara itu, bank sentral menyia-nyiakan kredibilitas mereka di saat-saat penting. Hasilnya, Argentina melompat dari satu krisis ke krisis yang lain. 

Akhir 1990-an, Argentina senasib dengan Indonesia. Keduanya dilanda krisis ekonomi parah yang menggoyang stabilitas negara, bahkan kejatuhan pemerintahan. 

Namun, dua dekade kemudian Indonesia berdiri kokoh sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia. Sementara Argentina terus berkubang dalam lumpur, meskipun juga merupakan anggota G-20.

Terlalu Banyak Cetak Uang

Peso, mata uang resmi di Argentina | AFP

Salah urus membuat ekonomi Argentina sering bergejolak. Sementara itu, kebutuhan rakyat yang kian besar membutuhkan banyak anggaran. Utang pun menjadi solusi untuk mengatasi kekosongan dana.

Namun, langkah ini tidak mampu meningkatkan performa ekonomi Argentina dengan baik. Pendapatan negara terus saja rendah. Sementara itu, utang semakin mendekati jatuh tempo. Untuk menyiasatinya, Bank Sentral Argentina mencetak uang 54 % hingga 86% dari pendapatannya.

Sayangnya, ini adalah langkah yang sia-sia. Apabila uang dicetak tanpa ditopang komoditas, maka pertambahan neraca pemerintah di sisi aset dengan bertambahnya uang menjadi ilusi semata. Sebab, faktanya, pemerintah tidak punya komoditas apapun untuk bayar utang.

Selain itu, bila jumlahnya lebih banyak dibandingkan barang di pasaran, maka nilai mata uang akan semakin lemah. Bahkan tidak ada harganya lagi. 

Kita bisa lihat hal itu di Zimbabwe, ketika masih dipimpin Robert Mugabe. Untuk membeli tiga butir telur, dibutuhkan uang 100 miliar Dolar Zimbabwe. Makanya, sangat lazim melihat ibu-ibu Zimbabwe membawa uang satu gerobak untuk mendapatkan kebutuhan pokok.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk AS. Mata uang dolar mereka menjadi alat pembayaran untuk transaksi secara internasional, sehingga Bank Sentral AS (The Fed) bebas untuk mencetak uang tak terbatas.

Di Argentina sendiri, nilainya yang semakin menurun membuat Peso Argentina (ARS) kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Publik pun beramai-ramai menggunakan dolar AS dan sistem barter untuk bertransaksi.
















Banner iklan disini