Gain of Function, Eksperimen Virus yang Dituding Jadi Penyebab Munculnya Covid-19

 

Ilustrasi ilmuwan yang mengadakan penelitian virus di laboratorium | Xinhua

Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan berakhir. Mutasi virus corona yang cepat telah membuat kasus positif terus melonjak.

Kemampuan bermutasi virus yang luar biasa telah menarik perhatian banyak ilmuwan dan akademisi. Sebagian menganggap kerusakan lingkungan adalah faktor utama terjadinya fenomena itu. 

Sedangkan yang lain menduga, kemampuan virus corona tersebut disebabkan adanya campur tangan manusia secara langsung. Menurut mereka, secara alami mustahil virus dapat sedemikian canggihnya bermutasi jika "tidak ada percobaan manusia dalam meningkatkan kekuatan virus"

Dugaan itu kemudian berkembang menjadi "teori kebocoran lab Wuhan". Sejumlah bukti yang terkait pada penelitian virus corona di laboratorium Institut Virologi Wuhan pun bermunculan.

Salah satunya adalah eksperimen gain of function, yang diduga dilakukan oleh Dr Shi Zhengli, salah satu ilmuwan laboratorium tersebut. 

Dr Shi Zhengli, seorang ilmuwan dari Institut Virologi Wuhan | BBC

Hal ini dibuktikan oleh jurnal penelitian Shi, yang melaporkan adanya penelitian terhadap virus corona kelelawar di Wuhan pada tahun 2017.

Berdasarkan laporan MIT Technology Review, Shi juga diketahui memberikan sampel virus corona SHC014 kepada Dr Ralph Baric, seorang virologis (ahli mengenai virus) dari University of North Carolina, Amerika Serikat (AS) pada 2013.

Baric kemudian menggunakan virus tersebut untuk melakukan eksperimen gain of function yang kontroversial tahun 2013-2015. Keberhasilan Baric diduga menginspirasi Shi untuk melakukan eksperimen serupa.

Masalahnya, tingkat keamanan laboratorium Institut Virologi Wuhan jauh lebih rendah dibandingkan laboratorium Baric. Hal ini disinyalir menyebabkan terjadinya kebocoran virus.

Sebenarnya, apa itu gain of function? Mengapa eksperimen tersebut telah memicu perdebatan dan kontroversi, terutama pasca pandemi bergulir?

Baca Juga: Memanas! AS Dituding Biayai Eksperimen Virus Corona di Lab Wuhan Sebelum Pandemi

Meningkatkan Kekuatan Virus

Michael J. Selgelid dalam Gain of Function Research: Ethical Analysis mengungkapkan, gain of function merupakan penelitian yang melibatkan eksperimen memperbesar kemampuan dan tingkat penularan dari patogen virus.

Bila dilakukan oleh ilmuwan yang handal dan bertanggung jawab, riset semacam ini dilakukan untuk memahami tentang agen penyebab penyakit, interaksinya dengan inang manusia, serta potensi menyebabkan wabah.

Dengan mengetahui hal-hal diatas, maka tenaga kesehatan, masyarakat, dan pemerintah dapat meningkatkan kewaspadaan, serta mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan medis.

Meski memiliki manfaat besar, eksperimen ini juga memiliki risiko besar. Seandainya dilakukan dengan ceroboh, eksperimen gain of function akan menyebabkan virus yang telah dibuat ganas bocor keluar. Kalau sudah begini, wabah yang dahsyat dan mematikan akan terjadi.

Pada tahun 2014, pemerintahan Presiden AS Barack Obama pernah menghentikan pendanaan bagi eksperimen gain of function virus flu, SARS, dan MERS. Keputusan ini dikeluarkan menyusul riset yang mengakibatkan virus H5N1 (flu burung) yang sangat ganas pada tahun 2012.

Mereka kemudian mengevaluasi risiko dan manfaat gain of function, membangun regulasi mengenai pelaksanaannya, hingga membangun sistem keamanan untuk mencegah potensi terjadinya wabah akibat kecelakaan dalam riset.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya pemerintah AS kembali mengijinkan eksperimen gain of function.

Manfaatnya 'diperdebatkan'

Senator AS Rand Paul menunjukkan sebuah jurnal ilmiah untuk menuduh Dr. Anthony Fauci telah berbohong mengenai aliran dana AS untuk eksperimen virus di laboratorium Wuhan, Cina  | Stefani Reynolds


Namun, sejumlah ilmuwan tetap merasa tidak puas dengan eksperimen ini. 

Lipsitch dan Galvani dalam Ethical Alternatives to Experiments with Novel Potential Pandemic Pathogens (2014) mengatakan, manfaat dari eksperimen gain of function sangat terbatas, karena strain pandemi yang terjadi secara alami mungkin berbeda dengan yang dibuat dalam penelitian.

Sistem pengawasan internasional, menurut keduanya, sangat lemah untuk mendeteksi rangkaian virus pandemi.

Dalam Valuing Knowledge: A Reply to the Epistemological Perspective on the Value of gain-of-function Experiments, Nicholas Evans berpendapat seharusnya manfaat dari eksperimen gain of function tidak diterima begitu saja.

Pasalnya, manfaat yang dihasilkan sangat bergantung faktor pendukung riset, seperti kekuatan infrastruktur kesehatan, sistem pengawasan dan produksi penanggulangan, hingga kebijakan politik dan sumber daya yang diperlukan untuk mengubah temuan ilmiah menjadi manfaat. Hal ini tentu berbeda-beda di setiap negara.

Maka dari itu, banyak pihak menuntut agar eksperimen gain of function dilarang dalam riset mengenai virus, mengingat besarnya risiko yang ditimbulkan. 

Tuntutan ini belakangan semakin kuat setelah merebaknya pandemi Covid-19.






Banner iklan disini