Popularitas Anjlok dan Diguncang Skandal, PM Jepang Mundur

 

PM Jepang Fumio Kishida menahan tangis saat mengutuk pembunuhan Shinzo Abe pada 8 Juli 2022 | AP News 

Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida menyatakan tidak akan bertarung dalam pemilihan ketua umum Partai Liberal Demokratik (LDP) yang akan datang. 

Keputusan mengejutkan tersebut diumumkan langsung oleh Kishida pada Rabu (14/8/2024) di Tokyo, Jepang. Rendahnya popularitas diduga menjadi alasan utama  Kishida untuk mundur dari bursa pencalonan. 

"Politik tidak akan bisa berjalan tanpa kepercayaan publik," ucap Kishida dalam konferensi pers. 

"Saya membuat keputusan berat ini dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat, dengan harapan akan membawa reformasi politik lebih lanjut"

Dengan tidak mencalonkan kembali, Kishida secara otomatis akan kehilangan jabatan perdana menteri yang telah ia emban selama hampir tiga tahun, mengingat LDP merupakan partai yang menguasai kursi mayoritas di parlemen Jepang.  

Selama menjabat, pemerintahan Kishida diwarnai oleh sejumlah skandal politik yang terus menggerus citranya di mata publik. 
 
Pada tahun 2022, insiden pembunuhan mantan PM Shinzo Abe mengungkap jelas hubungan antara LDP dengan Gereja Unifikasi, sebuah sekte kristen garis keras asal Korea Selatan (Korsel) yang diduga memeras para jemaatnya demi iming-iming keselamatan dan surga.  

Para pejabat dan petinggi LDP diketahui memberikan dana sumbangan yang besar bagi organisasi agama tersebut untuk memperkuat hubungan kedua belah pihak yang dimulai sejak masa pemerintahan PM Nobusuke Kishi, yang tak lain adalah kakek Abe sendiri. 

Pasca mencuatnya skandal tersebut ke permukaan, Kishida segera memerintahkan penyelidikan dan mencabut izin resmi Gereja Unifikasi, meskipun ia juga kedapatan pernah berfoto bersama para petinggi mereka. 

Sektor ekonomi turut menghadapi tantangan serius di bawah kepemimpinan Kishida. Sejak tahun 2023, inflasi yang tinggi memicu kenaikan harga kebutuhan pokok hingga 2,8 persen, hampir setara dengan Amerika Serikat (AS) yang berada di kisaran 3,0 persen. 

Meski inflasi tersebut mengakhiri stagnasi ekonomi selama tiga dekade, meningkatkan pengeluaran masyarakat dan investasi perusahaan, ekonomi Jepang tetap mengalami kontraksi pada periode Oktober-Desember 2023. 

Puncaknya, Jepang harus melepaskan statusnya sebagai negara perekonomian terbesar ketiga di dunia kepada Jerman. 

Untuk memulihkan perekonomian, Kishida mencoba mengubah fokus kebijakan ekonomi dengan menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga, alih-alih berorientasi pada perusahaan dan korporasi besar seperti yang dilakukan selama ini. 

Ia pun mempelopori konsep New Capitalism (Kapitalisme Baru), yang mendorong tren kenaikan upah terbesar dalam sejarah Jepang, serta mempromosikan kepemilikan saham bagi masyarakat awam sebagai bagian dari kapitalisme yang lebih merakyat dan manusiawi. 

Sayangnya, meski New Capitalism itu membawa banyak keuntungan, popularitas Kishida tidak ikut merangkak naik. 

Siapa Penggantinya?


Dari kiri ke kanan: Taro Kono, Toshimitsu Motegi, dan Shigeru Ishiba


Mundurnya Kishida memicu spekulasi baru mengenai siapa calon kuat yang akan menggantikan posisi perdana menteri. 

Menurut analisis Japan Times, Sekretaris Jenderal (Sekjen) LDP Toshimitsu Motegi menjadi kandidat terkuat mengingat posisinya sebagai orang nomor dua di tubuh partai. Ia memiliki pengalaman diplomatik yang mumpuni selama bertugas sebagai Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri, dan telah memimpin negosiasi yang sukses dalam Perjanjian Perdagangan AS-Jepang tahun 2020 silam. 

Meski demikian, Motegi juga tidak terlalu disukai oleh publik, terlebih setelah faksinya bubar akibat skandal dana politik yang mencoreng kredibilitas partai awal tahun ini. Jika ia terpilih menjadi pemimpin, LDP kemungkinan akan kalah dalam pemilihan umum yang akan datang. 

Kedua adalah Shigeru Ishiba, Mantan Sekjen LDP sekaligus bekas Menteri Pertahanan Jepang. Ia merupakan pengkritik utama Shinzo Abe dan telah mencalonkan diri dalam pemilihan pemimpin LDP sebanyak empat kali (2008, 2012, 2018, 2020). 

Namun, langkah Ishiba untuk meraih posisi puncak juga terjal, mengingat ia tidak terlalu disukai oleh kader serta petinggi LDP lainnya, dan berulang kali gagal meraih dukungan yang cukup. 

Ketiga adalah Taro Kono, Menteri Transformasi Digital Jepang. Ia merupakan sosok populer yang digadang-gadang menjadi pemimpin LDP pada pemilihan tahun 2021, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Kishida. 

Akan tetapi, popularitas Kono sebagai Menteri Transformasi Digital anjlok setelah kasus kebocoran data pribadi dan masalah registrasi pada sistem nomor identifikasi nasional memicu protes keras dari masyarakat. 

Politisi LDP Sanae Takaichi (kiri) dan Shinjiro Koizumi (kanan) | Asahi Shimbun, Bloomberg


Keempat adalah Sanae Takaichi, Menteri Keamanan Ekonomi Jepang. Ia merupakan sekutu dekat Shinzo Abe yang juga ikut dalam pemilihan tahun 2021, namun kalah di putaran pertama. Beberapa minggu terakhir, Takaichi mengutarakan niatnya untuk maju kembali pada September mendatang. Jika berhasil, ia akan menjadi perdana menteri wanita pertama Jepang. 

Terakhir adalah Shinjiro Koizumi, Mantan Menteri Lingkungan Hidup sekaligus putra Mantan PM Junichiro Koizumi. Berusia 43 tahun, Koizumi merupakan politisi muda yang sangat populer di mata masyarakat, terutama atas pemikirannya yang progresif. 

Pada tahun 2020, ia mencuri perhatian setelah mengambil cuti untuk menemani dan membantu istrinya yang baru saja melahirkan putra pertamanya. Hal ini sangat tidak biasa dalam kultur masyarakat Jepang, yang menyerahkan sepenuhnya urusan rumah tangga kepada pihak wanita. Termasuk dalam merawat anak. 

Ia juga dipuji karena mengkritik tajam sistem faksi di tubuh partai, yang dianggap memicu skandal dana politik LDP yang menggemparkan publik awal tahun ini. 

Namun untuk meraih kursi pemimpin LDP, Koizumi harus mampu menggaet dukungan politisi veteran dari generasi tua yang mendominasi partai selama puluhan tahun. 





















Banner iklan disini