Alih-alih bahagia, rakyat Afghanistan justru berbondong-bondong kabur keluar negeri. Ada yang berjalan kaki hingga ribuan kilometer demi mencapai Turki dan Eropa, ada pula yang nekat melompat ke pesawat yang mau lepas landas, semua dilakukan demi menghindari Taliban.
Tak terhitung berapa nyawa yang telah hilang akibat usaha-usaha tersebut. Meski berisiko tinggi, bagi rakyat Afghanistan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan harus hidup dibawah Taliban.
Mereka yang tumbuh besar di tahun 1996 hingga 2001 pasti tahu betul rasanya. Pada masa-masa tersebut, Taliban yang berkuasa menerapkan kebijakan syariat Islam yang begitu keras dan kaku.
Saking konservatifnya mereka, Afghanistan seolah hidup terisolasi di abad pertengahan. Peradaban masyarakat menjadi sangat mundur, tertinggal jauh dari negara tetangganya.
Belum lagi segudang permasalahan lain yang ditimbulkan akibat kebijakan mereka. Ketika Amerika Serikat (AS) datang mengalahkan Taliban pada 2001, rakyat bersuka cita merayakan kebebasan mereka, yang pada Agustus 2021 ini terancam direnggut kembali.
 |
Seorang anggota Taliban memukuli wanita di Kabul, Afghanistan pada 26 Agustus 2001 | RAWA |
Menurut Reaping the Whirlwind: The Taliban Movement in Afghanistan karya Michael Griffin, Taliban menegakkan aturan syariat yang "keras dan ekstrem" dalam membatasi aktivitas wanita di ruang publik. Mereka mulai menerapkan sejumlah larangan terhadap wanita, diantaranya:
1. Wanita dilarang memakai sepatu hak tinggi, agar pria tidak bergairah karena mendengar langkah kaki wanita
2. Wanita dilarang muncul di jalanan tanpa didampingi oleh saudara kandung, atau tanpa mengenakan burka
3. Fotografi dan video yang menampilkan wanita di surat kabar, buku, pertokoan, dan rumah diharamkan
4. Wanita dilarang muncul di balkon atau halaman rumah mereka
5. Melarang wanita muncul di televisi, radio, dan pertemuan publik apapun.
6. Wanita dilarang untuk berkendara.
Pada 30 September 1996, Taliban mengeluarkan kebijakan yang melarang wanita untuk bekerja. Akibatnya, sebanyak 25 persen dari pegawai negeri Afghanistan, yang seluruhnya merupakan wanita, harus kehilangan mata pencaharian.
Apa yang terjadi jika wanita melanggar peraturan diatas?
Polisi agama akan mendatangi wanita tersebut, dan menghukumnya dengan cara-cara brutal. Seperti cambuk, pemukulan, hingga eksekusi mati.
2. Televisi, Radio, Video, dan Musik Dilarang
Pada tahun 1998, Taliban menerbitkan peraturan yang melarang televisi, radio, video, dan musik. Mereka beralasan, benda-benda tersebut telah melahirkan "masyarakat Afghanistan yang korup".
Lucunya, pengumuman tersebut disiarkan melalui siaran radio.
"Perekam video dan televisi adalah penyebab korupnya masyarakat ini," kata Mohammad Qalamuddin, Wakil Kepala Kementerian Agama Taliban ketika itu, dilansir AP News.
 |
Seorang warga Afghanistan menyaksikan tayangan televisi lokal | Radio Free Europe |
Qalamuddin menyebut pihaknya memberikan waktu 15 hari kepada warga Afghanistan untuk menyingkirkan televisi, radio, peralatan video, dan kaset yang mereka miliki.
Jika ada warga yang belum melakukannya dalam kurun waktu tersebut, polisi syariat akan mendatangi mereka, dan menghancurkan benda-benda itu dengan senapan otomatis.
Pelarangan tersebut sontak membuat Afghanistan semakin terisolasi dengan dunia luar. Informasi benar-benar sulit didapat, sehingga kehidupan masyarakat seperti mundur ke zaman purba.
Ketika pasukan AS menginvasi Afghanistan pada 2001, warga Kabul yang bersuka cita langsung menyerbu toko elektronik untuk membeli televisi, radio, dan peralatan video untuk mengobati rasa haus mereka terhadap informasi dan hiburan.
3. Maraknya Eksekusi Mati
 |
Algojo Taliban mengeksekusi seorang wanita bernama Zarmina di Stadion Kabul pada 1999 | ABC |
Selama berkuasa pada tahun 1996-2001, Taliban telah menerapkan hukum pidana yang berlandaskan syariat Islam.
Hukuman cambuk, rajam, potong tangan, dan eksekusi mati diberlakukan untuk kejahatan yang bertentangan dengan "nilai-nilai Islam". Seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, perselingkuhan, alkohol, hingga penistaan agama.
Namun, dalam prakteknya, hukuman tersebut juga dijatuhkan untuk mereka yang mengkritik kebijakan Taliban. Sikap anti kritik tersebut tetap dipertahankan oleh Taliban, bahkan jauh setelah kejatuhan mereka akibat invasi AS.
Pada Oktober 2012, seorang pelajar cilik bernama Malala Yousafzai ditembak di leher oleh anggota Taliban karena memperjuangkan hak-hak pendidikan wanita, sesuatu yang diharamkan oleh kelompok itu.
Beruntung, Malala berhasil selamat dalam insiden tersebut. Atas perjuangannya, ia dianugerahi Nobel Perdamaian pada 2014, dan menjadi ikon hak pendidikan wanita.
Selain itu, banyak eksekusi mati yang dilakukan justru melanggar syariat yang tertulis dalam Al-Quran. Pada 1999, seorang ibu tujuh anak bernama Zarmina tewas dalam eksekusi di Stadion Kabul, Afghanistan.
Padahal, saat itu keluarga sang suami telah memaafkan Zarmina, dan meminta eksekusi mati dihentikan. Dalam hukum Islam, seorang terpidana pembunuhan dapat dibebaskan seandainya telah mendapatkan pengampunan dari keluarga korban.
Bagaimana Masa Depan Afghanistan Selanjutnya?
Ketika Taliban berhasil merebut kembali kekuasaan mereka pada 15 Agustus 2021, luka lama masyarakat Afghanistan kembali terbuka. Hal ini pun memicu gelombang pengungsi besar-besaran ke sejumlah negara.
Meski Taliban kemudian berjanji akan menjamin keselamatan warga, melindungi hak-hak wanita, dan kebebasan berpendapat, banyak orang tidak mempercayainya.
"Dunia akan menjadi saksi bagi Taliban. Mereka akan merajam wanita di Stadion Kabul lagi tanpa alasan jelas," kata Niloofar Rahmani, pilot wanita pertama di Angkatan Udara Afghanistan, kepada Fox News.
 |
Niloofar Rahmani, penerbang wanita pertama Angkatan Udara Afghanistan | Sooperboy |
Niloofar mengaku khawatir dengan nasib keluarganya, yang kini masih berada di Afghanistan. Sebelumnya, orangtuanya pernah menjadi "target oleh Taliban" karena mendukung karir putri mereka.
Ia sendiri mendapatkan suaka dari AS pada tahun 2018, setelah mendapatkan ancaman pembunuhan dari Taliban sejak 2013.
"Mereka mulai mengancam saya dan keluarga saya, dan menyebut saya bukanlah wanita muslim yang baik," kata Niloofar.
"Karena dianggap telah meninggalkan budaya Islam, saya dibilang pantas dibunuh demi kehormatan"
"Mereka hanya menunggu pasukan Amerika untuk ditarik penuh, dan mereka pun tahu bahwa Afghanistan seluruhnya berada dibawah kendali mereka. Lalu, mereka akan melakukan hal yang sama dengan 20 tahun yang lalu, bahkan mungkin lebih parah," tambahnya.
Social Plugin