Cetak Sejarah! Orang India Jadi Pemimpin Inggris


Rishi Sunak, PM Inggris pertama yang berdarah India | BBC, LondonPerfect

Krisis politik di Inggris, yang terjadi pasca mundurnya PM Liz Truss, resmi berakhir.

Partai Konservatif, yang menguasai pemerintahan, telah mengangkat Rishi Sunak sebagai ketua umum mereka. Keputusan tersebut disahkan oleh Komite 1922 Partai Konservatif, yang bertanggung jawab menentukan kepemimpinan partai, pada Senin (24/10/2022).

Sebagai pemimpin partai yang berkuasa, Sunak otomatis menjadi perdana menteri (PM), kepala pemerintahan Inggris. Setara dengan jabatan presiden di Indonesia.

Pemilihan ini merupakan momen yang sangat bersejarah. Pasalnya, Sunak berasal dari keluarga imigran India yang datang ke Inggris tahun 1960-an. Ia pun menjadi PM Inggris pertama yang berdarah India, Asia, dan beragama Hindu.

Terpilihnya Sunak menjadi tonggak evolusi Inggris sebagai negara beraneka ragam budaya, ras, dan agama. Sebelumnya, banyak politisi keturunan India telah menjabat sebagai menteri, dan memegang posisi penting lain. Namun, baru kali ini ada yang sampai jadi PM.

Rencananya, Sunak akan dilantik oleh Raja Charles III pada Selasa (25/10/2022) ini.

Lalu, siapakah Rishi Sunak? Mengapa ia bisa dipercaya sebagai pemimpin bangsa kulit putih di Eropa?

Anak Keluarga Dokter

Rishi Sunak (kemeja putih) dalam sebuah acara | Twitter @rishisunak

Rishi Sunak lahir di Southampton, Inggris pada 12 Mei 1980. Keluarganya merupakan imigran India yang tiba di Inggris dari Afrika Timur pada tahun 1960-an.

Sejarah keluarga Sunak di tanah rantau telah dimulai sejak tahun 1930-an. Kakek dari pihak ayah, Ramdas Sunak, meninggalkan kampung halaman di Gujranwala, India Britania (sekarang masuk Pakistan) pada tahun 1935. Ia kemudian bekerja sebagai akuntan di Nairobi, Kenya, yang ketika itu juga dijajah Inggris.

Ramdas memiliki enam anak. Salah satunya adalah Yashveer Sunak (lahir tahun 1949), ayah Rishi. Yashveer datang ke Liverpool, Inggris tahun 1966 sebagai mahasiswa farmasi di Universitas Liverpool. Di negara baru ini, Yashveer bertemu dengan wanita bernama Usha, yang kemudian ia nikahi tahun 1977 di Leicester.

Sunak (kanan) memeluk kedua orangtuanya | Tuko.co.ke

Ketika Rishi masih kecil, ayahnya bekerja sebagai dokter umum di National Health Service (NHS), sementara ibunya adalah ahli farmasi lulusan Universitas Aston. Keluarga Sunak termasuk berkecukupan. Namun, ketika bersekolah di Winchester College, ia harus mengambil kerja sampingan saat liburan musim panas.

Setelah lulus, Sunak melanjutkan pendidikan di Universitas Oxford. Disana, ia mempelajari filsafat, politik, dan ekonomi. Ia juga mendapatkan Beasiswa Fulbright untuk S2 di Universitas Stanford, Amerika Serikat (AS). Disana, ia berkenalan dengan Akshata Murthy, putri miliuner India Narayana Murthy.

Hubungan keduanya yang semakin akrab berujung ke pelaminan. Sunak menikahi Murthy di Bengaluru, India tahun 2006 silam. Pasangan itu dikaruniai dua anak; Krishna (11) dan Anoushka (9).

Analis Keuangan Jadi Politisi

Rishi Sunak ketika masih menjabat sebagai Menteri Keuangan Inggris | Proactive Investors

Pada awal karirnya, Sunak malang melintang di dunia keuangan dan bisnis. Pada tahun 2001, ia mulai bekerja sebagai analis di Goldman Sachs, sebuah perusahaan investasi perbankan dan jasa keuangan multinasional. Namun, beberapa sumber menyebut karir Sunak disana "penuh gejolak dan cukup traumatis". Setelah tiga tahun, ia pun mengundurkan diri.

Karir Sunak berlanjut di The Children's Investment Fund (TCI), salah satu perusahaan investasi yang didirikan oleh milyuner Sir Chris Hohn tahun 2003. TCI ini termasuk yang terbesar di London, dan meraup keuntungan sebesar £419 juta (Rp 7 triliun) pada tahun 2021 saja. Disana, ia menjabat sebagai mitra investasi.

Pekerjaan di TCI juga membawa berkah bagi Sunak. Selama tahun 2006-2009, ia diperkirakan menghasilkan jutaan Poundsterling. Mengantarkan Sunak di jajaran orang kaya Inggris. 

Tahun 2009, Sunak meninggalkan TCI dan bergabung dengan Theleme Fund, perusahaan investasi lain. Pekerjaan ini membuatnya harus pindah ke California, AS. Sunak juga tercatat sebagai salah satu direktur Catamaran Ventures, yang dimiliki mertuanya.

Enam tahun kemudian, Sunak kembali berganti pekerjaan. Namun, kali ini bukan di dunia bisnis, melainkan politik. Pada tahun 2015, ia maju ke pemilihan anggota parlemen (DPR) melalui Partai Konservatif. Secara mengejutkan, Sunak memenangkan pemilihan, dan berhak mewakili daerah Yorkshire.

Sebagai wakil rakyat, Sunak awalnya tidak terlalu menonjol. Hanya sedikit orang di Westminster (kantor DPR Inggris) yang mengenal namanya. Selama perdebatan mengenai Brexit, ia termasuk pendukung keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Namun, semua berubah pada Februari 2020. PM Inggris ketika itu, Boris Johnson menunjuk Sunak sebagai menteri keuangan Inggris yang baru. 

Tak lama setelah menjabat, ia langsung menghadapi tantangan berat. Inggris mengalami kesulitan ekonomi dan keuangan akibat pandemi Covid-19. Langkah pertama yang diambil Sunak adalah memberikan tunjangan bagi mereka yang kehilangan pekerjaan

Kebijakan ini dikenal sebagai Furlough Program, dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Sunak pun menjadi menteri keuangan paling populer dalam 15 tahun terakhir. 

Namun, popularitas tersebut sempat anjlok di kemudian hari. Pada tahun 2021, Sunak menaikkan pajak perusahaan dari 19 persen ke 25 persen, pertama kalinya sejak 1974. Lalu, disusul dengan kenaikan pajak jaminan sosial bagi pekerja dan pengusaha sebanyak 1,25 persen.

Meski begitu pahit, kenaikan pajak ini terbukti mampu mengamankan keuangan Inggris selama pandemi.

"Musuh" Pendukung Pasar Bebas

Sunak (kanan) dalam sesi debat di Parlemen Inggris, London | Financial Times

Pasca mundurnya Boris Johnson pada Juli 2022, Sunak pun maju dalam pemilihan ketua umum Partai Konservatif sekaligus PM Inggris. Seleksi berlangsung sangat ketat, hingga menyisakan dua kandidat; Sunak dan Liz Truss. 

Meski populer, Sunak harus menelan kekalahan dalam pemilihan. Truss pun resmi menjadi PM Inggris yang baru pada 6 September 2022.

Berbeda dengan Sunak, Truss adalah seorang pendukung pasar bebas dan ekonomi liberal. Ia tidak menyukai pajak yang tinggi, baik untuk perusahaan maupun perorangan. Truss pun langsung membatalkan semua kebijakan Sunak dengan memotong pajak besar-besaran

Menurut Sunak, langkah ini "sangat berbahaya", karena dapat menimbulkan lonjakan biaya pinjaman pemerintah Inggris. Apalagi, pemotongan pajak tidak diimbangi dengan kontrol pengeluaran pemerintah. 

Argumen yang masuk akal, tapi karena banyak anggota parlemen tidak sepakat, Truss berhasil memenangkan perdebatan.

Ternyata, prediksi Sunak benar-benar jitu. Ekonomi Inggris semakin ambruk. Nilai mata uang Poundsterling "loyo" terhadap Dollar AS. Bank Sentral Inggris (BoE) sampai harus mengeluarkan dana talangan untuk menyelamatkan pasar obligasi.

Salah urus inilah yang membuat pamor Truss hancur. Sehingga memaksanya mundur dari jabatan PM Inggris, yang baru ia pegang selama 45 hari.

Dengan naik ke tampuk kekuasaan, Sunak disinyalir akan mengembalikan kebijakan yang pernah ia buat. Pelaku pasar tampaknya menyambut baik hal ini. Nilai Poundsterling dan indeks saham mengalami kenaikan setelah Sunak diumumkan sebagai PM yang baru.

Meski demikian, Sunak mungkin akan mendapatkan perlawanan dari pendukung pasar bebas, termasuk rekan satu partainya. Maka dari itu, kebijakan yang diambil nanti akan menjadi pertaruhan besar bagi Sunak.





Banner iklan disini